Selain Pondok Fauzan, Al-Hidayah I Bayongbong Jadi Pesantren Tertua di Garut
NU Online · Ahad, 10 September 2023 | 10:00 WIB

Para santri Al-Hidayah I Bayongbong berpose bersama pengasuh di halaman pesantren tersebut. (Foto: Dok Pesantren Al-Hidayah I)
Muhammad Salim
Kontributor
Garut, NU Online
Dalam rangka menelusuri jejak pondok pesantren tertua di Garut, Jawa Barat, filolog muda UNUSIA Ahmad Ginanjar Sya'ban, beberapa waktu lalu mengatakan bahwa dirinya menemukan dokumen penting. Dokumen itu menyatakan, beberapa ulama Garut tercatat belajar di Timur Tengah pada kurun 1800 sampai awal abad ke-20.
Salah satu yang tercatat dalam dokumen tersebut adalah Pesantren Al-Hidayah I yang terletak di Kampung Nangoh RT 001 RW 003 Desa Panembong, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Setelah ditelusuri NU Online, ternyata Pesantren Al-Hidayah I merupakan salah satu pesantren tertua yang berdiri sekitar tahun 1835 M. Ia didirikan oleh KH Abdul Kosim bin KH Muhammad Kosim atau dikenal juga dengan KH Hasan Murba'.
Hal tersebut dibuktikan adanya catatan penjualan sebidang lahan sawah di dekat pesantren. Berdasarkan penuturan pihak keluarga selaku pengasuh Pesantren Al-Hidayah I, Ustadz Sofwan Fauzi Maqshudi, kepada NU Online saat ditemui di kediamannya, Sabtu (9/9/2023).
Baca Juga
Gus Dur dan Sejarah Limbangan Garut
Menurut dia, catatan hasil penjualan lahan tersebut digunakan oleh KH Hasan Murba' atau dikenal dengan Yuda Wangsa untuk membeli buku yang dipergunakannya mengarang tafsir Al-Quran sebanyak dua jilid.
Dalam dokumen penjualan tersebut, ditulis titi mangsa pada tanggal 5 Mulud 1255 H atau sekitar tahun 1839 M. Sehingga ada korelasi yang jelas jika pesantren tersebut berdiri pada sekitar tahun 1835 M. Sayangnya, satu jilid kitab tafsir karangan KH Hasan Murba' tersebut hilang. Sisanya sebagian sempat terbakar.
Sepeninggal KH Hasan Murba', kata Ustadz Sofwan Fauzi, Pesantren Al-Hidayah I dilanjutkan oleh putranya, KH Muhammad Kosasih. Setelah KH Kosasih wafat, kepemimpinan pesantren ini dilanjutkan oleh KH Maqshudi, menantu Kiai Kosasih karena menikahi putrinya, Hj Syarifah.
Singkat cerita, pada tahun 1962, KH Maqshudi wafat. Untuk sementara Pesantren Al-Hidayah I dilanjutkan oleh santrinya, di mana putra dari KH Maqshudi yang bernama Abdussalam Maqshudi (Aceng Ujang) masih kecil, yakni baru berusia 11 tahun.
Setelah dewasa, Aceng Ujang melanjutkan kepemimpinan Pesantren Al-Hidayah I. Namun, pada tahun 2021 Aceng Ujang wafat pada Senin, 25 Rabi'ul Awwal 1443 H pada usia 63 tahun.
Kini, Pesantren Al-Hidayah I diasuh oleh para putranya, yakni Aa Busyro, Aa Yusuf, Aa Asep, Aa Sofwan, dan Aa Faiz serta alumni yang mengabdi di pesantren.
Di bawah kepemimpinan mereka, kini Pesantren Al-Hidayah I mengalami perkembangan. Sampai saat ini, ada beberapa lembaga yang menjadi asuhan di bawah naungannya. Antara lain Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Darul Mubtadiin, Majlis Ta'lim Al-Maqshudiyah, SMP IT Al-Maqshudiyah, dan BLK Komunitas Yayasan Al-Hidayah 01.
Terpopuler
1
PMII Jakarta Timur Tuntut Keadilan Usai Kadernya Tertembak Peluru Karet hingga Tembus Dada
2
Demo Agustus 2025: Alarm Keras Suara Rakyat
3
Kapolda Metro Jaya Diteriaki Pembunuh oleh Ojol yang Hadir di Pemakaman Affan Kurniawan
4
PBNU Bersama 15 Ormas Islam Serukan Masyarakat Tenang dan Menahan Diri di Tengah Memanasnya Situasi
5
Khutbah Jumat: Kritik Santun, Cermin Cinta Tanah Air dalam Islam
6
Massa Aksi Jarah Markas Gegana dan Bakar Halte Senen yang Tak Jauh dari Mako Brimob Kwitang
Terkini
Lihat Semua