Daerah

Sedekah untuk Orang Meninggal, Bukan Sesajen

Kam, 16 Mei 2019 | 16:00 WIB

Jember, NU Online
Jangan salah paham. Dalam Islam tidak dikenal istilah sejajen. Yang ada adalah sedekah bagi orang  yang telah meninggal dunia. Pengertian sedekah secara umum adalah memberikan sesautu kepada orang lain yang pahalanya diniatkan untuk saudara atau siapun yang telah wafat.

“Tapi kalau sesajen,  pengertiannya beda. Seperti yang selama ini kita tahu,  jadi sesajen yang isinya makanan itu kita taruh di kuburan atau pematang sawah, yang itu dibiarkan hingga habis sendiri, entah dimakan siapa. Kalau sudah habis, mereka bilang ‘oh sudah dimakan sama yang punya’. Itu yang tidak boleh. Kan lebih baik makanan itu diberikan kepada orang biar kenyang,” urai Ketua PCNU Jember, Jawa Timur, KH Abdullah Syamsul Arifin  dalam acara DIAGRA (dialog agama via udara) di masjid Jamik Al-Baitul Amin, Jember, Jawa Timur, Rabu (15/5).

Menurut Gus Aab, sapaan akrabnya, bersedekah intinya sama dengan orang berdoa untuk orang yang telah mati. Sama-sama mengharapkan agar yang mati diberi keselamatan oleh Allah. Kalau dia mendapat manfaat dari doa atau sedekah yang hidup, maka tentu ada imbal balik dari yang wafat,  yaitu berdoa untuk keselamatan yang masih hidup atau yang bersedekah.

“Kita datang ke makam kiai, ulama dan sebagainya, kita berdoa kepada Allah untuk mereka. Kemudian pada saat yang sama, kita juga berharap kepadanya agar berdoa kepada Allah untuk keselamatan kita. Itu tidak ada yang dilanggar, kita berdoa kepada Allah, mereka juga berdoa kepada Allah. Jadi mintanya sama-sama kepada Allah. Yang tidak boleh kalau kita minta selamat kepada yang wafat,” urainya.

Tentang materi sedekah, tidak harus dalam bentuk harta atau uang. Bisa berupa sesautu yang manfaatnya dinikmati orang banyak. Ia lalu mengutip sebuah hadits yang berupa percakapan antara Nabi Muhammad dan sahabatnya.

“Apa yang terbaik untuk dihadiahkan kepada mayit ya Rasulallah....?” tanya seorang sahabat.

“Mengalirkan air!” jawab beliau.

“Kenapa Nabi menjawab seperti itu, karena di situ masyarakatnya memang kekurangan air,” pungkasnya. (Aryudi AR)