Santri yang Sukses Rambah Dunia Bisnis
NU Online · Ahad, 14 Juli 2013 | 08:02 WIB
Probolinggo, NU Online
Setelah tiga tahun nyantri di Pesantren Nurul Jadid Paiton Kabupaten Probolinggo, Usman Darmo langsung terjun di dunia bisnis. Dimulai dari usaha dagang ikan, jual beli tanah sampai mendirikan hostel di Kota Probolinggo.<>
Menemukan rumah Usman Darmo (45 tahun), tidak susah. Warga Jl. Ikan Kakap Kelurahan/Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo telah banyak mengenalnya. Lebih-lebih warga di sekitar Masjid Masjidunal Khoirot yang sedang direhab. Disana, namanya begitu familiar.
Tidak hanya Usman Darmo, nama Khobir, nama yang digunakan sebelum dia menunaikan ibadah haji 28 tahun silam, juga masih diingat oleh warga. Seperti ketika NU Online berkunjung ke rumahnya di RT 3/RW 4, Ahad (14/7).
Ketika nama Khobir disebutkan, seorang warga langsung menunjuk sebuah rumah bercat pink dengan parabola di atasnya. Dibandingkan deretan rumah lain disana, rumah Usman memang terbilang paling mewah.
“Nama Khobir itu nama kecil saya sebelum berhaji. Setelah haji, berganti menjadi Haji Usman Darmo,” ungkapnya.
Usman Darmo mengaku, kala itu dia menjadi jamaah haji termuda di Indonesia dengan usia 20 tahun dan masih bujang. Tidak hanya dirinya, 10 karyawannya juga dia berangkatkan haji antara tahun 1990 sampai 2005 secara bergantian. Penentuannya, dengan cara diundi antar karyawan setiap tahun. Itu bisa dilakukan berkat kekayaannya yang berlimpah dari usaha perdagangan ikan.
Dan sejak dua tahun silam, tidak hanya dagang ikan yang digeluti ayah dari lima anak ini. Suami dari Iin Mujiati itu, kini merambah bidang lain dengan menggeluti bidang perhotelan dengan mendirikan Hostel Darma di Jl. Buton Kelurahan Sukabumi Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo.
Tentu saja, apa yang saat ini diraih alumni Pesantren Nurul Jadid Desa Karanganyar Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo tersebut tidak diperoleh secara instan. Setelah tiga tahun mondok di Pesantren Nurul Jadid, dia mulai menggeluti usaha perdagangan.
“Sejak kelas 1 SMA di Kota Probolinggo, saya sudah bekerja mengirim ikan,” kenangnya. Usaha yang digelutinya dengan bendera UD. Kancil Sakti itu membuatnya mampu berhaji tahun 1989 silam.
Dengan lima unit kapal motor di tangan, bisnis Usman kian moncer. Apalagi, masa antara 1990 sampai 2005, tangkapan ikan nelayan benar-benar melimpah. Terhitung, ada 40 unit kendaraan terdiri dari 10 truck Fuso dan 30 colt diesel, miliknya yang digunakan untuk menunjang bisnisnya.
Selepas 2005, Direktur Hostel Darma tersebut merambah bisnis jual beli tanah. Usahanya terus berkembang hingga akhirnya mendirikan hostel di tahun 2011 silam.
“Awalnya coba-coba mau bikin tempat kos. Namun niat tersebut berubah setelah seorang temannya memberikan saran lain. Menurutnya, jangan tempat kos, bikin hostel sekalian. Izinnya juga tidak susah,” lanjutnya.
Saran itupun diterima. Usman langsung mendirikan bangunan yang dimaksud dengan 16 kamar.Tapi penambahan terus dilakukan dari waktu ke waktu. Hingga kini, setelah dua tahun usaha coba-coba dilakukan, Hostel Darma memiliki 60 kamar. “Alhadulillah ramai terus,” tegasnya.
Usman sendiri, telah meyakini dirinya akan menjadi pebisnis sejak dirinya mondok. Meski bukan khadam (sebutan untuk santri yang mengabdi kepada kiai), Usman kecil sering disuruh belanja kebutuhan dapur oleh Hj. Masruroh istri Almarhum KH. Hasyim Zaini, Pengasuh Pesantren Nurul Jadid kala itu.
“Tahun 1987, saya dibawain uang Rp200 ribu untuk belanja kebutuhan dapur. Uang itu sudah dapat barang satu dokar,” kenangnya. Karena itu, dia sering bertemu dengan keluarga kiai.
Seakan tahu bakat bawaan Usman di dunia bisnis, Kiai Hasyim sempat melarangnya mengaji. “Ananda tidak usah ngaji sudah. Bantu-bantu Bu Nyai saja di belakang,” kata Usman menirukan ucapan Kiai Hasyim kala itu.
Selama tiga tahun di Pesantren Nurul Jadid, Usman menghuni asrama E yang terletak di belakang Musholla Riyadlus Sholihin. Di kamar Usman yang dihuni 10 orang, beberapa diantaranya terbilang sukses.
Ada nama KH. Jaiz Badri putra Almarhum KH. Badri Masduqi, Bupati Pamekasan Syafi’i, anggota Badan Intelijen Negara Abdul Bari, Imam Bashori pengusaha ikan di Kabupaten Jember dan pengusaha garmen di Kota Surabaya Yuski.
“Sampai sekarang, saya masih sering kontak-kontakan dengan teman-teman. Teman yang menjadi BIN, juga sering main ke sini. Saya juga masih sering sowan ke pesantren,” pungkasnya.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor : Syamsul Akbar
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
3
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
4
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
5
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
6
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
Terkini
Lihat Semua