Daerah

Santri Tasikmalaya Ajak Berhati-hati Propaganda Medsos

Rab, 30 Mei 2018 | 14:45 WIB

Tasikmalaya, NU Online 
Kabar hoaks atau bohong terus bertebaran di media sosial. Pada tahun politik, berita semacam itu makin marak. Kalau dibiarkan, tidak mustahil masyarakat jadi terhasut, kemudian menyebabkan permusuhan, adu domba, dan bahkan kerusuhan. 

Hal semacam itu menjadi keprihatinan Jaringan Santri Nusantara Kabupaten Tasikmalaya. Mereka mengajak agar masyarakat berhati-hati menyebarkan ulang dan mempercayai berita yang belum jelas kebenarannya, terutama yang bernuansa SARA, seperti pemerintahan hari ini anti-Islam.

Jaringan Santri Nusantara Kabupaten Tasikmalaya kemudian mengadakan Diskusi dan Deklarasi Kiai dan Santri Dukung Kepemimpinan Nasional dengan tema Meneladani Kepemimpinan yang Amanah di Pondok Pesantren Al Huda Peuteuyjaya, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (28/5). 
 
Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Tasikmalaya, Ajengan Agus Ramdhani menjadi salah satu pembicara pada diskusi itu. Kata dia, di antara kabar hoaks itu bertebaran propaganda yang menyebutkan pemerintahan hari ini anti terhadap Islam.

"Saya pribadi tidak percaya dengan propoganda pemerintahan hari ini anti terhadap agama Islam. Kalau benar anti-Islam, pernahkah kita merasa terganggu kenyamanan kita ketika beribadah? Atau pernahkan pemerintah melarang praktik bergama?" tanyanya pada peserta diskusi. 

Lanjut Agus, saat ini Indonesia dipimpin sosok yang sangat memperhatikan ummat Islam, khususnya kalangan pondok pesantren. Ditetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional adalah bukti tidak anti terhadap Islam. 

Indonesia telah memilih demokasi sebagai pilihan dalam sistem kenegaraan sehingga banyak konsekuensi seperti yang terjadi hari ini. 

"Salah satu tantangan demokrasi adalah terjadinya friksi di masyarakat. Sampai hari ini saya melihat masih saja ada orang yang belum menerima hasil pemilihan presiden 2014. Padahal presiden hari ini dipilih sah secara konstitusional," tegasnya pada kegiatan yang digelar 

Ketua Jaringan Santri Nusantara Kabupaten Tasikmalaya, Agus Miftah menjelaskan acara diskusi sengaja digelar sebagai sarana eduksi masyarakat. 

"Kita sebagai santri harus bangga. Karena kita banyak berkontribusi. Tapi bukan berarti sombong. Tetapi bagaimana kita justru meningkatkan kontribusi kita kepada negara," kata Agus.

Agus merasa prihatin banyaknya berita bohong dan ujaran kebencian yang berseliweran di media sosial. Agus merasa semua elemen harus urun rembug dan bahu membahu memerangi hoaks.

"Acara ini diharapkan bisa menjadi wahana untuk menyatukan berbagai macam persepsi itu,"  katanya. (Husni Mubarok/Abdullah Alawi)