Daerah

Santri Putri Kajen Ikuti Pelatihan Karakter

NU Online  ·  Sabtu, 28 April 2018 | 00:15 WIB

Pati, NU Online
Badan Pelayanan Pondok Pesantren Putri (BP4) Pati mengadakan program pelatihan karakter santri. Nyai Hj Ainun Nadhiroh dari Pesantren Arroudhoh yang juga Ketua BP4 Pati menekankan bahwa kegiatan ini merupakan respons sekaligus sebagai usaha preventif atas dekadensi moral dari beberapa kasus kenakalan remaja santri.

Ia juga menekankan bahwa dengan pelatihan penguatan karakter santri ini, diharapkan akan memberikan manfaat, maslahat bagi semua pihak, termasuk sebagai upaya untuk membentengi santri supaya tidak mudah terpengaruh pada hal-hal negatif yang bisa merusak karakter santri putri.

Pada sesi awal dibuka dengan narasumber Ibu Kamilia Hamidah, MA dari Pesantren Al Kaustar yang juga salah satu dosen tetap IPMAFA (Institut Pesantren Mathaliul Falah). Ia menekankan pentingnya membangun kesadaran diri.

Sesi  curah pendapat diperkaya dengan beberapa simulasi tentang  ‘siapa aku?’ dan ‘mbak santri’ sebagai proses untuk membangun kesadaran bersama sebagai santri putri. Dalam proses simulasi ini santri-santri putri ini diajak belajar memperkuat solidaritas untuk saling menjaga, mengontrol emosi, mengontrol diri, bijak untuk mengungkapkan perasaan, manajemen emosi, menjaga pergaulan dan juga membangun kepekaan bersama terhadap problem sosial yang terjadi di lingkungan pesantren.

Nyai Hj Tutik Nurul Janah, dari Pesantren Al Badi’iyyah yang juga sebagai dosen IPMAFA, mengajak para santri putri ini untuk lebih memahami tentang kesehatan reproduksi perempuan. Ia juga memperagakan dengan memakai kaos bergambar alat reproduksi (ganitalia internal) dan menjelaskan tentang alat reproduksi serta bagaimana cara merawatnya.

Ia mengimbau untuk mengetahui macam organ reproduksi, wajib memelihara kesehatan organ reproduksi, konsultasi kepada ahlinya jika ada masalah pada organ reproduksi, menjauhi perilaku seksual di luar nikah, menolak ajakan perilaku seksual di luar nikah, berani melawan ketika ada ancaman pelecehan seksual, menghindari nikah siri. Ditambahkan bahwa dengan menikah bisa membuat rasa tenang dan juga membuat jaringan di organ tubuh seimbang.

Pada sesi ketiga Ibu Nyai Hj Nisfah Fayumi dari Pesantren Raudhotul Ulum menekankan pada penguatan karakter spesifik santri putri. Di mana seorang santri hakikatnya adalah orang yang belajar ilmu agama dan memunculkan amal berupa akhlak karimah. Santri sebagai makhluk sosial di tengah masyarakat, sudah sepatutnya lekat dengan karakter al-ikhlas, at-taubah, as-sobr, as-sidqu, al-muraqabah, at-taqwa, al-yaqin wat tawakkal, al-istiqomah, mubadarah ilal khoirot, al-mujahadah, az-zuhdu, tawadlu.

Santri diumpamakan seperti kendi yang di isi air segar yang diteguk oleh pak tani sepulang dari ladang. Jika tidak ada airnya, lantas bagaimana? Maka tidak bisa menjadi penyejuk kaumnya. Maka tugas utama santri adalah sebagai daiyah, mubalighah, meneruskan jejak rasul, selalu memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, siddiq, amanah, tabligh, fatonah (baca: mampu menyelesaikan masalah).

Sebagai daiyah tentu perlunya ditopang dengan ilmu yang didapat melalui proses tolabul ilmu, di mana setidaknya ada 6 perkara untuk seseorang  berhasil belajar. Di antaranya adalah bekal dan lama waktu, haus ilmu, cerdas/kuat pikirannya, sabar, dapat petunjuk dari guru, selain itu juga tawadlu dan hormat dengan guru. Maka sebagai santri perlu menerapkan kesederhanaan dan rendah hati di setiap kesehariannya.

Badriyatin Nafisah, salah seorang peserta dari Pesantren Bustanut Tholibin Waturoyo, Margoyoso Pati, mengaku bahwa dari acara ini dia merasakan mendapatan sesuatu yang belum dimengerti sebelumnya dan juga memberikan banyak wawasan tentang santri putri. Iaberjanji akan membagikan apa yang didapat dari pelatihan ini kepada santri putri yang lainnya.

Banyak harapan bahwa pelatihan serupa dapat diduplikasi di pesantren-pesantren lain sebagai upaya untuk menjaga gawang karakter para santri dari pengaruh-pengaruh negarif yang merusak akhlak santri.

Kegiatan bertempat di Aula Lantai 3 Perguruan Islam Al-Hikmah dimulai pukul 08.00 WIB-15.30 WIB, diikuti 60 peserta dari 30 pesantren Pati. (Arina/Kendi Setiawan)