Daerah

Santri Diusulkan Jadi Pemandu Wisata Religi

NU Online  ·  Rabu, 25 April 2018 | 02:00 WIB

Kudus, NU Online
Ketua Perhimpunan Pemangku Makam Aulia Nadjib Hassan mengusulkan agar santri pondok pesantren dididik menjadi pemandu wisata religi karena keberadaan santri tidak terlepas dari peran para wali sembilan.

“Kami mengibaratkan antara wali sembilan dengan santri bagai pinang dibelah dua,” ujar Nadjib.

Usulan itu disampaikan saat dirinya menjadi pembicara pada sarasehan “Wisata Religi di Kawasan Kudus-Demak” dalam rangka Road to Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Regional Jawa 2018 yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta di Pendopo Kabupaten Kudus, Senin.

Pada kesempatan tersebut, dia juga mengingatkan bahwa dalam rangka mengembangkan wisata religi harus mengedepankan budaya, setelah dikelola dengan baik wisatanya dipastikan ikut berkembang.

"Jangan sampai, ada upaya mengeksploitasi budaya untuk kepentingan wisata," pintanya.

Menurutnya, dalam rangka pengembangan wisata, kegiatan yang diselenggarakan oleh Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus cukup banyak, mulai dari kegiatan rutin tahunan, seperti buka luwur atau penggantian kain mori pada cungkup makam Sunan Kudus hingga kegiatan ritual jamasan keris peninggalan Sunan Kudus hingga beberapa agenda lain yang bisa menjadi daya tarik wisata.

Pembicara lainnya, Pakar Arkeologi Universitas Gadjah Mada Musadad menyambut positif usulan agar santri dibimbing menjadi pemandu wisata di dua objek wisata religi di Demak dan Kudus.

Ia menganggap ide pelibatan santri sebagai pemandu wisata merupakan ide cemerlang.

“Saya juga sempat bertanya agen yang kontektualisasi nilai-nilai yang ditanamkan para wali. Dari akademisi siap berperan mendukung usulan tersebut,” ujarnya.

Hal terpenting, kata dia, dalam pengembangan wisata religi nilai budaya yang dimiliki situs tidak tergerus oleh derasnya pariwisata. Karena hal terpenting, kata Musadad, pelestarian nilai-nilai yang diajarkan oleh wali, khususnya di Kabupaten Kudus dan Demak.

Haryudhi Widiasmoro pembicara lainnya dari Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (Asita) juga menyambut positif usulan santri dilibatkan sebagai pemandu wisata. (Red: Muiz)