Semarang, NU Online
Puluhan kru jurnalistik santri Pesantren Darul Falah (Dafa) Besongo mengikuti Pelatihan Menulis Straight News. Acara yang digelar di Gedung Serba Guna Raudlatul Jannah ini merupakan tindak lanjut dari acara Pelatihan Menulis Berita yang sudah terlaksana pada Sabtu sebelumnya (11/11) bersama wartawan Tribun Jateng, Achiar M Permana.
Didampingi Aisyatul Maghfiroh selaku demisioner Divisi Komunikasi dan Informasi (Kominfo), sekarangHumas dan Informasi (Huminfo), para peserta dilatih olah kata cepat dalam membuat berita.
Maghfiroh menyampaikan bahwa berita jenis straight news merupakan salah satu produk utama bagi para jurnalis pesantren Dafa Besongo. Media sosial yang sudah dimiliki seperti website, facebook, twitter, instagram, youtube, whatsapp harus bisa dimanfaatkan sebagai wadah menyampaikan informasi seputar pondok pesantren.
Selain itu, santri Dafa Besongo sekaligus mahasiswa UIN Walisongo tersebut memaparkan, berita yang ditulis dan diunggah sebaiknya masih hangat. Maka dibutuhkan waktu yang singkat dalam menulis dan mempublikasikan supaya menarik bagi para pembaca.
“Terbiasa menulis dalam waktu singkat itu memang butuh jam terbang yang banyak untuk latihan. Harus banyak praktik. Sering-sering saja baca berita di koran atau situs online untuk memperoleh perbendaharaan kata yang banyak. Kalau kegiatan pondok, bisa mencari informasi terlebih dahulu kepanitia pelaksana, misalnya; atau pinjam CV narasumber ketika acara sudah selesai untuk mengembangkan informasi,” paparnya.
Usai pengenalan kembali seputar berita mulai dari pengertian straight news, unsur berita, prinsip, struktur, hingga outline yang harus dipersiapkan untuk menulis berita, audiens dibagi menjadi beberapa kelompok. Kemudian dihadapkan langsung pada praktik lapangan.
Masing-masing kelompok yang terdiri dari dua orang mendapat tuntutan membuat satu jenis berita. Dengan durasi dua puluh menit, peserta fokus mencari ide, wawancara dan menulis. Di akhir acara, data dikumpulkan untuk dibahas dan dievaluasi bersama. Acara berakhir ketika adzan Maghrib berkumandang.
Gayuh, salah satu santriwati mengatakan untuk kegiatan yang sifatnya masih perdana, sudah bisa dinilai bagus. "Memang periode sebelumnya kan belum ada. Jadi, bisa dikatakan sebagai babat alas (pendograkan)," katanya.
Ia pun berharap dari kegiatan ini semoga minat santri di bidang jurnalistik semakin banyak dan yang sudah bergabung semoga agar istiqomah. (Ziya/Kendi Setiawan)