Daerah

RMINU Jawa Tengah Diskusikan Pesantren Masa Depan

NU Online  ·  Rabu, 7 September 2016 | 04:00 WIB

Surakarta, NU Online
Rabithah Ma'ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama Wilayah Jawa Tengah bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Pendidikan Agama dan Keagamaan mengadakan pelatihan Pemikiran Keagamaan di Pesantren. 

Acara yang berlangsung selama tiga hari ini, Rabu-Jumat (7-9/9) akan menghadirkan Pengamat gerakan radikal di Solo raya H Abdullah Faishol, Ketua PP RMI PBNU KH. Abdul Ghaffar Rozin, Ketua Gerakan Ayo Mondok Nasional KH. Luqman Harits Dimyati At Tarmasi, Tokoh Muda NU Gus Hans, Ketua PWNU Jateng (KH Abu Hapsin Umar, dan peneliti keagamaan di Indonesia.

Selama 3 hari, para kiai se-Jawa akan berdiskusi tentang berbagai persoalan pesantren dan wacana keagamaan kontemporer dewasa ini. Melalui kegiatan ini akan dipaparkan berbagai informasi terbaru mengenai perkembangan pesantren dalam kancah nasional dan internasional, tantangan organisasi pesantren, dan merumuskan gerakan bersama untuk meneguhkan pesantren sebagai pusat peradaban pendidikan Indonesia. Kegiatan ini bertempat di hotel Alana Surakarta.

Dengan mengangkat tema "Pesantren Sebagai Lembaga Tafaqquh Fiddin dalam Konteks Wacana Keagamaan Kontemporer" pelatihan ini akan menghasilkan rekomendasi kebijakan yang akan diberikan kepada kementerian agama bagi pengembangan lembaga pesantren.

Pertumbuhan santri baru bertambah seiring dengan gerakan Ayo Mondok Nasional yang digalakkan RMINU. Hal ini menunjukkan bahwa pesantren semakin diminati masyarakat, sehingga perlu dilakukan inovasi manajemen dan pembelajaran untuk menjawab harapan masyarakat.

Selain gerakan Ayo Mondok dalam lingkup nasional, perlu adanya gerakan-gerakan kecil yang mendukung gerakan ini. Beberapa waktu lalu RMI Jawa Tengah telah menginisiasi gerakan Pesantrenku Bersih Pesantrenku Keren. Harapan dari gerakan turunan ini menguatkan secara keseluruhan gerakan Ayo Mondok Nasional.

"Sekarang pesantren tak hanya sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang bersifat nasional, kita harus menuju lembaga pendidikan internasional," ungkap ketua pelaksana pelatihan, H. Abu Choir. (Zulfa/Fathoni)