Daerah

Rais Syuriyah NU Jember Terharu dengan Ketulusan Pengurus

Sen, 29 Juli 2019 | 02:30 WIB

Rais Syuriyah NU Jember Terharu dengan Ketulusan Pengurus

Rais Syuriyah PCNU Jember, KH Muhyiddin Abdusshomad saat memberikan pengarahan dalam pembukaan Konferensi Cabang (Konfercab) Nahdlatul Ulama Jember di kampus Universitas Islam Jember (UIJ), Ahad (28/7).

Jember, NU Online

Rais Syuriyah PCNU Jember Jawa Timur, KH Muhyiddin Abdusshomad mengaku salut dan terharu dengan perjuangan pengurus NU mulai dari level Ranting, MWCNU hingga Cabang. Pasalnya, mereka telah dan akan terus berjuang untuk menegakkan agama Allah, dengan tulus.

 

“Selama lima tahun kita bersama, telah banyak berjuang bersama untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat,” tukasnya saat memberikan pengarahan dalam pembukaan Konferensi Cabang (Konfercab) Nahdlatul Ulama Jember di kampus Universitas Islam Jember (UIJ), Ahad (28/7).

 

Menurutnya, para pengurus NU terutama di Ranting dan MWCNU merupakan pejuang Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) yang tak kenal lelah. Mereka dengan telaten memberikan pencerahan kepada masyarakat tanpa mengharap imbalan apapun. Bahkan mereka yang harus mengeluarkan biaya, setidaknya untuk membeli bensin.

 

“Mereka (Ranting NU) adalah ujung tombak NU di lapangan, dan merekalah yang banyak berbuat,” jelasnya.

 

Karena itu, katanya, sesungguhnya pejuang NU itu adalah pengurus MWCNU, terutama Ranting NU, lebih-lebih yang berdomisili di pedesaan. Mereka dengan segala keterbatasannya tetap istiqamah menyapa warga dan berdakwah menaiki gunung menuruni lembah, keluar masuk dusun dengan kondisi jalan yang tak bersahabat.

 

“Masyaallah, luar baisa. Mereka tidak dibayar,” ucapnya.

 

Dikatakannya, NU adalah organisasi non profit. Pengurusnya tidak dibayar, bahkan untuk biaya operasional kantor saja, pengurus harus urunan. Kendati demikian mereka tak pernah mengeluh, bahkan tetap semangat untuk menebar dakwah yang sejuk.

 

“Mereka tidak berharap bayaran dari NU karena tulus. Tapi keberkahan rezeki bisa jadi karena ketulusan itu,” terangnya.

 

Syaikhul Ma’had Pondok Pesantren Nuris, Antirogo Jember itu berharap agar pengurus dan warga NU tetap setia bekhidmah di NU. Sebab NU didirikan oleh para ulama. Berkhidmah di NU berarti meneruskan perjuangan para ulama. Mereka (para ulama) mendirikan NU bukan dengan bim salabim, tapi melalui proses istikharah yang cukup panjang.

 

“Marilah kita istiqamah di NU, dan saya sampai mati tetap NU,” pungkasnya. (Aryudi AR)