Daerah

Rais PWNU Jateng: Kiai Mustofa Sosok yang Penuh Keteladanan

NU Online  ·  Selasa, 7 Agustus 2018 | 11:45 WIB

Rais PWNU Jateng: Kiai Mustofa Sosok yang Penuh Keteladanan

Rais PWNU Jateng, KH Ubaidullah Shodaqoh (foto: ilustrasi)

Pekalongan, NU Online
Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Ubaidullah Shodaqoh yang hadir secara khusus di pemakaman almarhum KH Mustofa Bakri di Pekalongan, Selasa (7/8) memberikan kesaksian bahwa Kiai Mustofa Bakri merupakan sosok yang penuh dengan keteladanan.

Dalam sambutan penghormatan sebelum shalat janazah, Kiai Ubaidillah Shodaqoh mengatakan, sebagai santri, Kiai Mustofa menjadi teladan seorang santri yang sangat hormat dan mencintai gurunya. 

"Saking ta’zhimnya, untuk sekedar melewati halaman rumah gurunya saja beliau tidak sanggup. Melihat rumah mendiang gurunya, air mata beliau berlinang air mata, karena cinta dan rindu yang sangat mendalam kepada sang guru. Keteladanan ini perlu menjadi perhatian bagi santri-santri saat ini dalam hal menghormati dan mencintai para guru," ujarnya.

Sebagai seorang alim, lanjut Kiai Ubaudllah, KH Mustofa Bakri tidak hanya mendedikasikan diri mengajar di majelis-majelis ilmu dan membimbing serta mendampingi umat. 

"Selain khidmah mulia tersebut, Kiai Mustofa juga meninggalkan beberapa karya tulis “risalah” yang akan terus menuntun umat dan memberi manfaat bagi para murid dan masyarakat.

Dikatakan, sebagai pengurus Nahdlatul Ulama, KH Mustofa Bakri menjadi teladan dalam totalitas berkhidmah. Meski dalam kondisi kesehatan yang sudah mulai menurun dan berada di kursi roda, KH Mustofa Bakri terus aktif memikirkan dan menghadiri kegiatan-kegiatan NU. 

"Bahkan di atas kursi roda itu juga dengan penuh dedikasi beliau berkenan menemani para pengurus PWNU Jawa Tengah yang usianya jauh lebih muda mendampingi untuk menghadiri kegiatan-kegiatan di Pekalongan," papar Gus Ubaid panggilan akrabnya.

Sementara itu, dalam sambutan mewakili keluarga, Kiai Ishaq Munir juga menceritakan bahwa almarhum sebelum wafat sempat minta dibantu untuk berwudlu, dan dalam keadaan berbaring beliau shalat bermunajat kepada Allah SWT. Dalam sakitnya juga beliau sempat menyebut nama habib mulia, habib yang beliau cintai, Habib Ali.

Senin (6/8) kemarin Kota Pekalongan kehilangan satu lagi sesepuh yang menjadi lampu penerang. Sosok yang sabar, tenang dan teduh telah meninggalkan kita. Dan Selasa (7/8) ba'da Dhuhur telah dimakamkan di samping pusara anaknya di Pemakaman Muslim Kelurahan Jenggot, Kota Pekalongan Jawa Tengah yang meninggal tahun 1970. (Muiz)