Jepara, NU Online
Habib Umar Muthohar mengatakan, mensyukuri apa yang telah dilimpahkan Allah SWT harus sesuai proporsinya. Jangan sampai berlebihan, apalagi dengan hal yang kurang tepat. Ia menyampaikan hal itu pada Akhirussanah Manaqib dan Maulid Pesantren At-Taqiy Desa Kalipucang Kulon Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Rabu (19/6) malam.
<>
Habib Umar pun menyontohkan perayaan 17an yang dilaksanakan dengan nanggap dangdut maupun berjudi tegasnya sangat kurang tepat, “Lebih tepatnya jika memperingati 17an dengan tahlil dan doa, mendoakan pahlawan kemerdekaan yang telah mendahului,” contohnya.
Berkenaan dengan sabar, Syuriah PC NU Kota Semarang itu memisalkan seorang tua renta yang hidup pada Nabi Musa memohon kepada Allah agar kemarau 12 tahun yang melanda kampungnya diberkahi hujan oleh Allah. Kemudian si tua itu meminta Musa untuk menanyakan hal itu kepada sang pencipta.
Saat Nabi Musa kembali menemui orang tua itu, lanjut penceramah asal Semarang, kampungnya akan turun hujan dengan menunggu 12 tahun lagi. Lantas ia bersujud kepada Allah tanpa putus asa dan tidak sampai 12 tahun kemudian kampungnya sudah diberkahi hujan.
Dengan kedua misal itu, tambahnya, ungkapan syukur dan sabar harus dilakukan dengan tepat dan ditambah jangan mudah berputus asa agar apa yang diharapkan cepat dikabulkan oleh Allah SWT.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Syaiful Mustaqim
Terpopuler
1
Penjelasan Nuzulul Qur’an Diperingati 17 Ramadhan, Tepat pada Lailatul Qadar?
2
Khutbah Jumat: Ramadhan Momentum Lestarikan Lingkungan
3
Hukum Jamaah dengan Imam yang Tidak Fashih Bacaan Fatihahnya
4
Kisah Unik Dakwah Gus Mus di Pusat Bramacorah hingga Kawasan Lokalisasi
5
Jangan Keliru, Ini Perbedaan Nuzulul Qur'an dan Lailatul Qadar
6
194.744 Calon Jamaah Reguler Lunasi Biaya Haji, Masih Ada Sisa Kuota Haji 2024
Terkini
Lihat Semua