Daerah

Pringsewu Bershalawat: Berkah Shalawat, Pringsewu Berkah

NU Online  ·  Ahad, 18 November 2018 | 08:00 WIB

Pringsewu Bershalawat: Berkah Shalawat, Pringsewu Berkah

Foto: Pringsewu Bershalawat

Pringsewu, NU Online
Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu bersama Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pringsewu menggelar Pringsewu Bershalawat, Sabtu (17/11) malam di Pendopo Pringsewu. Kegiatan yang menghadirkan Habib Umar Bin Husein dari Majalaya, Bandung ini mengangkat tema besar Berkah Shalawat, Pringsewu Berkah.

Ribuan masyarakat dan para santri hadir melantunkan shalawat berharap syafaat dari Rasulullah SAW. Tak ketinggalan, lantunan lagu lain untuk menggelorakan dan menambah kecintaan terhadap NKRI juga dikumandangkan bersama. Lagu Ya Lal Wathan, Mars Banser, Indonesia Raya dan Mars Pringsewu menjadi lagu pembuka dimulainya kegiatan yang dihadiri Bupati, Wakil Bupati, pejabat Pemda, para kiai, dan pengasuh pesantren di Pringsewu ini.

Acara bertambah khusyuk saat ini dimulainya pembacaan Maulid Simtud Duror diiringi oleh alunan hadrah dari beberapa grup yang ada di Bumi Jejama Secancanan Bersenyum Manis ini. Suasana semakin khidmah saat pembacaan maulid simtud duror yang dipimpin oleh Habib Hasyim Assegaf sampai pada bait Isyfa' Lana. Semua tangan dan wajah yang hadir tertengadah ke atas berharap syafaat dari Baginda Rasulullah SAW.

Dalam mauidzahnya, Habib Umar mengingatkan seluruh elemen bangsa khususnya para pemuda untuk syukur dengan sebenar-benarnya syukur terhadap karunia yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia yakni nikmat kemerdekaan.

"Sudah mulai ada yang lupa nikmat kemerdekaan yang sangat luar biasa ini. Hanya ada di Indonesia, kenikmatan beribadah bisa dirasakan. Lihatlah bagaimana saudara kita di belahan lain di bumi ini. Saudara-saudara kita tidak bisa sebebas Indonesia karena konflik di mana-mana," terang Pengasuh Pesantren At-Tsaqafah Al Islamiyah Majalaya Bandung ini.

Untuk menjaga kenyamanan ini, ia mengingatkan kepada umat Islam untuk tidak mengganti-ganti sistem pemerintahan yang sudah diwariskan oleh para ulama.

"Kurang agamis apa Pancasila sebagai dasar negara kita dengan sila pertamanya Ketuhanan yang Maha Esa. Jangan bawa pola-pola dari luar. Cukup ikuti ajaran para kiai-kiai kita yang sudah jelas sanadnya sampai Nabi Muhammad. Kita harus menjaga persatuan dan kesatuan yang sudah ada ini. Siap untuk bersatu?," tanyanya tegas kepada jamaah yang serentak menjawab siap.

Terkait dengan sanad keilmuan, Habib Umar merasa prihatin terhadap sebagian para pemuda yang belajar ilmu agama hanya melalui internet. Dengan belajar tanpa guru melalui dunia maya lanjutnya, para generasi muda yang memiliki semangat beragama ini bisa terjerumus kepada paham-paham menyimpang, radikal dan juga mengarah kepada terorisme.

"Rusaknya Indonesia karena pemuda semangat beragama namun belajar agama melalui internet tanpa ada guru dan sudah merasa paling benar dan paling pintar sendiri," ungkapnya.

Ia optimis, jika para pemuda belajar agama dengan cara benar, melalui guru yang jelas sanad keilmuannya, Indonesia akan selamat dari paham dan ajaran radikal.

"Selama para pemuda masih mengenal STMJ, Shalawatan, Tahlilan, Manakiban dan Jiarah, Indonesia akan selamat," tegasnya. (Muhammad Faizin)