Daerah

Pondok Pesantren Cipasung Bentuk Tim Relawan Covid-19

Jum, 2 Oktober 2020 | 06:21 WIB

Pondok Pesantren Cipasung Bentuk Tim Relawan Covid-19

Pondok Pesantren Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya. (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Dalam rangka menghadapi Covid-19, Keluarga Besar Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat membentuk Relawan Covid Cipasung (RCC). Hal tersebut bertujuan agar menghindari informasi yang simpang-siur mengenai paparan Covid-19 ini.


Beberapa tugas yang dilakukan RCC dalam menghadapi Covid-19 antara lain mengenai pendataan, regulasi, medis, logistik, transportasi, dan kehumasan.


RCC yang dibentuk pada Rabu (1/10) lalu, dipimpin Hariyadi Ahmad Satari dengan penasihat Hj Neng Madinah. Susunan RCC diisi oleh generasi ketiga dan keempat Keluarga Besar Pesantren Cipasung. 


"Awal paparan ini dari kedatangan sejumlah santri ke Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) dengan gejala anosmia (kehilangan indra penciuman)," jelas Hariyadi, kepada NU Online Jabar, pada Rabu (1/10).


Setelah itu, lanjutnya, dilakukanlah observasi awal dengan tes swab terbatas terhadap enam santri. Empat santri di antaranya, dinyatakan positif. Paparan Covid-19 juga diketahui dari dua santri yang pulang ke rumah lantaran sakit dan saat tes swab dinyatakan positif.


"Kami segera memutuskan untuk memulai swab para santri dan keluarga secara bertahap. Pada tahap pertama, dilakukan tes swab kepada 148 orang santri dan keluarga pengasuh,” tambah Hariyadi.


Dari tes kedua ini, menurutnya, 78 orang dinyatakan positif. Tetapi tim laboratorium meminta tes ulang untuk sebelas sampel, dan ditemukan delapan orang terkonfirmasi positif Covid-19. Sementara total jumlah santri dan keluarga pengasuh yang dinyatakan positif Covid-19 berjumlah 94 orang.


Hariyadi mengungkapkan, secara umum kondisi fisik santri yang terpapar Covid-19 baik-baik saja atau berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG). Oleh karena itu, pihaknya segera melakukan isolasi mandiri. 


“Sedangkan untuk keluarga pengasuh karena faktor usia dan  riwayat kesehatan sebelumnya, dirawat di rumah sakit,” tutur Hariyadi.


Lebih lanjut, ia mengakui bahwa kejadian tersebut sangat tidak terduga. Selama ini, jajaran pengasuh pesantren sudah berusaha keras menerapkan protokol  kesehatan, tapi akhirnya jebol juga. 


"Dan qodarullah (takdir Allah), sejumlah santri dan keluarga terpapar. Tapi insyaallah, kami siap mengatasi musibah ini," tegasnya.


Hariyadi lantas memohon dukungan dari semua pihak untuk bisa berjuang mengatasi musibah ini. Dengan tegas, ia bertutur bahwa Covid-19 bukanlah aib sehingga dengan penuh yakin pihaknya akan dapat mengatasinya. 


"Wabah ini bisa mengenai siapa pun karena tidak bisa diprediksi dan tidak terlihat," pungkas Hariyadi.


Ketua RCC ini juga berpesan kepada para pengasuh pesantren, agar mewaspadai santri dengan gejala kehilangan penciuman atau rasa. Berangkat dari pengalaman di Cipasung, segera periksakan dengan melibatkan Gugus Tugas Covid-19 terdekat.


Untuk diketahui, beberapa waktu lalu kabar mengenai paparan Covid-19 di Pesantren Cipasung menarik perhatian banyak pihak, termasuk Gubernur Jabar Ridwan Kamil. Tagline Pray for Cipasung sempat memenuhi ruang media sosial yang menunjukkan kepedulian tinggi dari masyarakat.


Cipasung merupakan pesantren besar di Tasikmalaya dengan santri mukim sebanyak 3.000 orang yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Di antara Keluarga Besar Cipasung, selain terdiri dari para kiai dan nyai muda, juga terdapat sejumlah dokter dan ahli IT.


Sebagai tambahan informasi, untuk kontak media dan pihak-pihak terkait bisa menghubungi Ketua RCC Hariyadi Ahmad Satari di nomor: 0852-2102-2220.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad