Pilkada Datang, Muncul Politisi Bermodal Banner Mimpikan Kekuasaan
NU Online · Kamis, 31 Maret 2016 | 01:41 WIB
Fenomena munculnya beberapa orang yang tidak dikenal masyarakat dan secara tiba-memasang banner atau spanduk untuk berkompetisi dalam Pilkada mendapat perhatian dari kiai asal Pringsewu, Lampung, yang juga Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin.
Fenomena ini juga terlihat di Kabupaten Pringsewu, Lampung yang pada 2017 akan menggelar pesta demokrasi Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati untuk 5 tahun ke depan. Berdasarkan pengamatan di jalan raya di Kabupaten Pringsewu, sudah banyak para "kontestan" yang memasang banner bergambar wajah mereka.
Menurut Gus Ishom, sapaan akrabnya, setiap orang sebenarnya memerlukan kekuasaan, oleh karena itu kekuasaan selalu dicarinya, bahkan diperebutkan. Kompetisi dalam rangka perebutan kekuasaan di negeri ini terlihat jelas dari sebaran banner kampanye dari setiap bakal calon kepala daerah jauh-jauh hari sebelum pesta demokrasi itu sendiri dilangsungkan.
"Banyaknya orang yang menginginkan atau berebut jabatan itu tentulah karena kedahagaannya akan kekuasaan. Hanya dengan kekuasaan seseorang dapat melakukan perubahan dan bahkan mewujudkan cita-cita mulianya atau obsesi tersembunyinya," jelasnya, Rabu (30/3).
Dilihat dari sisi positif, katanya, semakin banyak mereka yang berkompetisi dalam perebutan kekuasaan, dapat berarti bahwa kita tidak akan pernah kehabisan kader-kader yang "mampu" memimpin dan membawa rakyat ke arah perubahan yang lebih baik.
Namun, tambahnya, dilihat dari sisi lainnya bisa berarti semakin banyak orang yang "sakit jiwa" karena terobsesi dan tertipu oleh perasaannya sendiri yang terjangkiti penyakit panjang angan-angan, yakni berkompetisi tanpa perhitungan yang matang alias bermodal banner dan nekad saja.
"Kekuasaan yang banyak diperebutkan itu merupakan sesuatu yang abstrak, tidak kasat mata, karena itu hanya dampaknya saja yang bisa dirasakan, misalnya berpengaruh positif atau tidak, apakah menyejahterakan atau tidak," terangnya.
Oleh karena itu, sarannya, setiap kompetisi perebutan kekuasaan itu idealnya hanya diikuti oleh orang-orang yang telah benar benar melakukan persiapan, punya kapasitas, kapabilitas dan sudah terbukti berpengaruh terhadap orang lain dalam hal yang tujuannya diinginkan atau tidak.
Selain itu, jelas wawasan dan etika politik sangatlah diperlukan. Bahkan bukan hanya itu saja, kompetisi tersebut sangat mungkin menguras modal finansial yang tidak sedikit dan modal sosial berupa jaringan yang kokoh demi merawat, meraih dan menjaga keutuhan suara dari para pendukungnya.
"Terjun ke dunia politik untuk tujuan meraih kekuasaan tanpa persiapan yang memadai alias bermodal nekat dengan hanya bermodal banner misalnya, hanyalah dilakukan oleh politisi gadungan, bukan politisi sungguhan. Perlu tekad yang kuat, perencanaan yang matang dan kalkulasi dukungan rill, bukannya klaim potensi dukungan, jika ingin menang dalam setiap kompetisi dan pertarungan meraih kekuasaan," ingatnya.
Menurutnya, meraih suara terbanyak adalah pekerjaan berat yang mustahil dikerjakan sendiri, tetapi untuk itu perlu jaringan berbasis massa yang solid dan kuat, memanfaatkan jaringan media massa dan meningkatkan intensitas komunikasi yang efektif dengan setiap orang yang nyata-nyata berpengaruh untuk konsolidasi dan menggalang dukungan.
"Terjun berkompetisi ke dunia politik tanpa persiapan untuk meraih kekuasaan hanyalah menimbulkan kegaduhan dan berujung pada penyesalan. Bukankah jika tidak kuat melawan, sebaiknya bergabung saja?," ajaknya kepada para politikus untuk instropeksi diri. (Muhammad Faizin/Mahbib)
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
3
Gus Yahya Dorong Kiai Muda dan Alumni Pesantren Aktif di Organisasi NU
4
MK Larang Wamen Rangkap Jabatan di BUMN, Perusahaan Swasta, dan Organisasi yang Dibiayai Negara
5
Pemerintah Perlu Beri Perhatian Serius pada Sekolah Nonformal, Wadah Pendidikan Kaum Marginal
6
KH Kafabihi Mahrus: Tujuan Didirikannya Pesantren agar Masyarakat dan Negara Jadi Baik
Terkini
Lihat Semua