Subulussalam, NU Online
Ketua PCNU Kota Subulussalam Aceh, Ustadz Maksum Solin mengatakan, bahwa Kota Subulussalam sepuluh tahun ke depan dapat menjadi 'Kota Santri'. Hal ini diungkapkannya berdasarkan perkembangan pesantren dalam wilayah Subulussalam yang kian meningkat.
"Merujuk sejak tahun 2000 dari tiga pesantren sebelumnya kini telah bertambah menjadi 15 pesantren yang tersebar di lima wilayah kecamatan dalam wilayah Kota Subulussalam," kata Ustadz Maksum, Kamis (23/6) saat ditemui di kediamannya.
Menurutnya, selain jumlah pesantrennya bertambah, jumlah santrinya pun juga banyak. Ia melihat sejak lima tahun terakhir banyak para orang tua lebih memilih pesantren untuk tempat anaknya sekolah. Katanya, hal ini disebabkan karena keinginan para orang tua agar anaknya dapat mengetahui ilmu agama lebih mendalam, selain itu juga karena adanya penerapan bahasa asing seperti bahasa Arab dan bahasa Inggris di dalam pesantren.
Selaku pimpinan PBNU di Subulussalam, Maksum juga selalu memantau proses perkembangan pesantren dan para santri. Sejauh ini ia melihat seluruh pesantren yang ada di Subulussalam secara keseluruhan masih tetap mempertahankan pembelajaran 'Kitab Kuning' terhadap para santri. Karena menurutnya belajar Kitab Kuning adalah merupakan suatu keunggulan pesantren dari sekolah-sekolah berbasis agama lainnya.
Ke depan, imbuhnya, pihaknya akan menggagas untuk dimasukkannya Sekolah Tinggi Islam Nahdlatul Ulama (STINU) ke Kota Subulussalam. STINU ini merupakan program pendidikan keagamaan yang direkomendasikan oleh PBNU sendiri. Saat ini STINU sudah masuk ke sejumlah daerah-daerah lain di Aceh.Â
"Kami akan menggagas STINU untuk masuk juga ke Subulussalam," tutur Maksum yang juga seorang anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) atau MUI Kota Subulussalam. (Nukman Suryadi Angkat/Fathoni)