Semarang, NU Online
Tugas mulia yang diemban ulama adalah sebagai pewaris para nabi adalah berat, serta tidak sembarang orang mampu menunaikannya. Salah satu tugas itu adalah menjadi penjaga perdamaian. Karenanya, haflah dan akhirussanah di Pesantren Darul Falah Besongo, Semarang, Jawa Tengah mengangkat tema Meneruskan Estafet Perjuangan Ulama dengan Perdamaian.
KH Nawawi at-Tamjani saat menyampaikan mauidhah hasanah mengemukakan bahwa muslim perlu memiliki tiga ras. “Ras pertama adalah waras. Kewarasan akal dan badan menjadi penting untuk dijaga agar mampu berkelakuan dengan kesehatan logika,” katanya di hadapan puluhan santri yang diwisuda.
Sedangkan yang kedua yaitu mampu mencari beras. “Dan ras ketiga yakni semangat dan kerja keras,” ungkapnya.
Dalam pandangannya, ketiga hal tersebut merupakan landasan penting yang diambil dari inti sari surat al-Mujadilah, khususnya ayat kesebelas. “Terdapat proses panjang untuk meraih dan mendapatkan derajat yang tinggi,” ungkapnya.
Kiai Nawawi juga mengingatkan bahwa hal terpenting dalam hidup adalah proses untuk beriman dan memiliki ilmu. “Karenanya, baik ilmu dan iman dijalankan terlebih dahulu. Dan nantinya derajat akan didapat,” jelasnya.
KH Imam Taufiq selaku pengasuh Pesantren Darul Falah Besongo dalam pesannya mengingatkan santri khususnya mereka yang telah purna untuk menjaga kesetaraan. "Tradisi musawah atau kesetaraan penting dihadirkan di dunia. Dan hal itu telah ditanamkan selama di pesantren,” katanya.
Kesetaraan menjadi pondasi penting untuk membangun komunikasi di masyarakat. “Karena itu di pesantren ini mengajarkan kesamaan kitab, tema dan isu yang sama, pengurus kombinasi antara laki-laki dan perempuan, serta hal lain,” jelasnya.
Musawah ini harus menjadikan kesetaraan menjadi kebersamaan. “Sehingga nantinya santri ketika pulang menjadi muslim yang mampu menjaga saudaranya selamat atas ucapan dan tindakan,” pungkasnya (Zulfa/Ibnu Nawawi)