Daerah

Pesantren Durrotu Aswaja Semarang Bedah Buku tentang Habib Luthfi

Sab, 6 Maret 2021 | 11:45 WIB

Pesantren Durrotu Aswaja Semarang Bedah Buku tentang Habib Luthfi

Bedah buku tentang Habib Luthfi di Pesantren Durrotu Aswaja Kota Semarang (Foto: NU Online/Rifqi Hidayat)

Semarang, NU Online

Tokoh sufi dunia asal Pekalongan Jateng Habib Muhammad Luthfi bin Yahya memiliki banyak keistimewaan. Untuk menambah rasa cinta terhadap ulama perlu adanya tulisan yang dapat setidaknya menuntun para generasi muda mengenal lebih dalam.

 

Cahaya dari Nusantara, sebuah buku setebal 440 halaman yang ditulis oleh Habib Muhdlar Assegaf mengisahkan banyak hal tentang kedalaman ilmu, Nahdlatul Ulama (NU), tarekat, dan nasionalisme Habib Luthfi.

 

"Mungkin semua orang bisa menulis, tapi kesempatan seperti ini langka, dengan kesibukan beliau (Habib Luthfi) buku ini sangat sulit," kata Habib Muhdlar membuka Seminar Bedah Buku 'Cahaya dari Nusantara' di Pesantren Durrotu Ahlissunnah wal-Jama'ah, Banaran, Gunungpati, Kota Semarang, Jumat (5/3) malam.

 

Duduk bersama Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Muhammad Muzamil Habib Muhdlar mengatakan, buku tersebut sudah dibedah puluhan kali, bahkan ada yang menghadirkan pembicara pembanding dari non muslim. 

 

"Kiai Muzamil jadi pembicara pembanding dua kali ini," ungkapnya.

 

Menurutnya, banyak yang bisa menulis, namun untuk bisa mengumpulkan data tidak semudah menulis. Terlebih sumber yang digali memiliki kesibukan yang luar biasa seperti tokoh sufi dunia tersebut. 

 

"Cover buku ini dari beliau, sambutan-sambutan tidak satu pin kecuali saya bacakan di hadapan beliau. Ketika beliau lengah (luang, red) sedikit saja langsung saya bacakan. Ini tidak bisa dilakukan kecuali oleh seorang penderek," ungkapnya.

 

H Muzamil selaku pembicara pembanding menyebut keistimewaan ulama yang harus diketahui oleh masyarakat, utamanya santri. "Seorang ulama itu diberikan keistimewaan oleh Allah. Karakter muwahhid atau selalu mengesakan Allah Taala, faqih atau memiliki kedalaman ilmu agama, dan shufi atau bertarekat beristiqamah membaca wirid yang diijazahkan," kata Muzamil.

 

Menurutnya, sebagai umat Nabi Muhammad yang jauh masanya atau tidak pernah bertemu langsung, maka untuk mempelajari dan meneladani Sang Pembawa risalah melalui para alim ulama yang mewarisi ilmunya. 

 

"Tidak hanya menghormati tapi juga mencintai para guru. Selalu khusnudzan terhadap guru-guru kita. Mungkin kita pernah mendengar orang membicarakan hal-hal yang tidak baik tentang guru kita. Nah, ini jangan sampai kita dengarkan," pesannya.

 

Mengutip sabda Nabi, Pengasuh Pesantren Durrotu Aswaja Kiai Agus Ramadlan mengatakan pentingnya memiliki sanad. "Semua sebab dan nasab akan terputus kecuali nasabku. Jadi keistimewaan habaib ini bersambung secara ilmu dengan sanad guru," ungkapnya.

 

Selain itu, menurutnya Habib Luthfi bin Yahya merupakan pribadi yang istimewa. Dengan adanya buku tersebut dapat menambah kecintaan santri kepada gurunya. "Semoga dengan adanya buku ini bisa menambah kecintaan kita kepada Habib Luthfi. Kalau ada buku lagi yang ditulis Habib Muhdlar, kita akan sowan lagi untuk membedah lagi, karena ini merupakan bentuk kecintaan kita kepada guru kita," tutupnya. 

 

Kontributor: Ahmad Rifqi Hidayat

Editor: Abdul Muiz