Brebes, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Modern Al-Falah Jatirokeh, Songgom, Brebes Jawa Tengah KH Nasrudin mengungkapkan, kegiatan selama bulan Ramadhan seluruh santri berkonsentrasi menghafal Al-Qur'an karena Ramadhan sebagai Bulan Qur'an. Selama 21 hari dia berharap ada santri yang mampu menghafal qur'an berapa juz.
“Saya berharap hafidh hafidhah lahir dari sini juga,” harapnya.
Para siswa SMK juga selama Ramadhan membaca Kitab Fiqih Fatkhul dan Bidayatul Hidayah melalui ngaji pasaran. Yang tidak kalah penting, selama bulan Ramadhan, para Asatidz dan Asatidzah dari Darul Maarif Indramayu dengan belajar Nahwu Shorof metode 100 jam. Metode ini diberikan kepada para asatidz asatidzah bisa membaca kitab kuning dalam tempo 100 jam saja.
Berada di lingkungan yang nuansanya begitu sejuk ketika singgah di Pondok Pesantren Moderen Al-Falah Desa Jatirokeh Kecamatan Songgom Brebes, Jawa Tengah. Puluhan saung berdiri di berbagai sudut dikitari tetumbuhan rindang dengan apitan bangunan gedung, masjid, dan asrama yang berdiri megah.
“Empat tahun terakhir ini, Alhamdulillah santri terus bertambah suasana yang nyaman dan bersih,” ujar pengasuh pesantren modern Al Falah KH Moh Nasrudin saat berbincang dengan NU Online di teras kediamannya di Kompleks pondok sembari menunggu berbuka puasa.
Tampak santri putra tengah membaca kitab sambil menerawang kelangit, sebagai pertanda sedang menghafal sesuatu. Santri yang lain bercengkrama di saung yang lain dan sesekali menabuh terbang dengan irama nadoman.
Kiai yang juga mantan anggota DPR RI ini menjelaskan, sejak berdiri 2012 pondoknya berangsur-angsur mendapatkan santri dari berbagai daerah. Dia mengakui baru empat tahun terakhir ini setelah dirinya fokus mengasuh santri dan tidak berpolitik lagi, karena sebelumnya hanya sekolah tingkat SMP dan SMK.
“Tahun pelajaran baru ini, sudah ada 400 santri baru dan memang dibatasi mengingat ketersediaan ruang yang belum memadai,” ujarnya.
HIngga kini, jumlah santri yang diasuh sebanyak 1050 santri. Tiap santri menempati kamar besar berukuran 56 meter persegi dengan jumlah penghuni 15 santri dengan pengasuh sebanyak 32 asatidz dari berbagai daerah.
Dalam pembelajarannya, bahasa Inggris dan bahasa Arab menjadi program inti serta mendalami qiroatul qutub atau pendalaman kitab kuning. Dengan ketrampilan tersebut, menjadi jalan para santri mudah diterima di perguruan tinggi negeri (PTN), dan hampir 80 persen mereka masuk PTN.
Menjaga lingkungan pondok yang bersih, lanjutnya, menjadi daya dorong tersendiri agar santri bisa belajar dengan baik pula. Santri juga disediakan air mineral dan makanan yang higenis dengan intensif mendatangkan tenaga kesehatan dan ruang kesehatan tersedia bila santri membutuhkan perawatan kesehatan.
Yang membanggakan, Kata Kaji Nas, demikian sapaan akrabnya, di Pesantren Al-Falah tersedia Madrasah Diniyah Khusus (Madinus) yang diperuntukkan bagi santri yang sama sekali belum mengenal tentang diniyah (keagamaan).
Dia wanti-wanti kepada para orang tua, tidak perlu khawatir tentang masa depan anak yang mondok. Karena pemerintah telah berpihak kepada pondok pesantren dengan mengakomodir lulusan pondok sebagai tenaga ahli diberbagai institusi seperti di Polri, TNI, perbankan, kedokteran, dan lain-lain bahkan beasiswa keluar negeri tersedia bagi anak-anak pondok dan mendapat prioritas masuk perguruan tinggi negeri.
“Salah seorang santri kami, mendapat beasiswa belajar Kedokteran di salah satu perguruan tinggi di China,” ungkapnya.(Wasdiun/Muiz)