Daerah

Peringati Maulid Tak Harus di Bulan Maulud

Sel, 25 Desember 2018 | 16:00 WIB

Peringati Maulid Tak Harus di Bulan Maulud

Foto: Ilustrasi (Ist.)

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pesantren Darussalam, Buntet Pesantren Cirebon, Jawa Barat KH Tb Ahmad Rifqi menjelaskan bahwa peringatan maulid Nabi merupakan ungkapan kegembiraan dan rasa suka cinta karena hadirnya Nabi Muhammad SAW ke muka bumi ini.

Sehingga peringatan maulid menurutnya tidak hanya dilaksanakan sebatas satu tahun sekali pada tanggal 12 Rabiul awwal saja. Peringatan maulid seyogyanya dilakukan setiap saat seperti yang juga sudah dilakukan oleh para ulama dan auliya yang hampir selalu membacakan maulid Nabi kapan pun dan dimana pun.

Penjelasan ini disampaikannya saat mengisi acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dirangkai dengan pembacaan maulid burdah di Masjid Nurul Hidayah, Jalan Bakti 2, Tegal Alur, Kalideres, Jakarta. Sabtu (23/12) Malam.

"Contohnya itu adalah Al Habib Al Quthb Abdullah bin Alwi Al-Haddad memperingati maulid kubronya di pertengahan bulan Rajab," ujar kiai yang biasa disapa Kang Entus ini.

Kang Entus menambahkan, di kalangan warga NU khususnya para kiai dan santri, kegiatan pembacaan riwayat maulid Nabi Muhammad SAW sering dilakukan setiap malam selasa dan atau pun malam Jumat. Hal ini dilakukan karena mengharapkan berkah dan syafaat dari Rasulullah SAW.

"Apalagi seluruh ulama telah konsensus dan ijma' mengatakan dan mengamalkan kebaikan memperingati kelahiran junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sudah pasti membawa keberkahan," jelasnya di hadapan ribuan jamaah yang memadati Masjid Nurul Hidayah tersebut.

Selain itu, kata Kang Entus, dalam melaksanakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, umat Islam harus memiliki niatan baik dan menanamkan sifat husnuddzan (berbaik sangk). Sebab selain memang ajaran agama Islam yang mesti diamalkan, berbaik sangka juga bisa membuahkan rasa mahabbah (cinta) yang besar kepada Rasulullah SAW.

"Pada prinsipnya, sebaik dan seindah apapun itu jika disikapi dengan suudzan atau negative thinking akan tetap terlihat buruk," tandasnya

Hadir dalam kegiatan tersebut para ulama dan habaib diantaranya Habib Fathan, Habib Umar Al-Hadad, Habib Abu Bakar Assegaf, KH Masykur Ciawi, KH Moh Jamil, Ajengan Usamah Cilebut, Ustadz Abdurohim, dan H Yuyun Nur Uyuni dan ketua panitia pelaksana Muallim Farid Ali . (Aiz Luthfi/Muhammad Faizin)