Daerah

Pergunu Jatim: Cegah Kekerasan terhadap Guru dengan Pendidikan Akhlak

Sel, 12 Februari 2019 | 06:30 WIB

Pergunu Jatim: Cegah Kekerasan terhadap Guru dengan Pendidikan Akhlak

Ketua PW Pergunu Jatim, H Sururi.

Surabaya, NU Online
Pengurus Wilayah (PW) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Timur angkat bicara soal kekerasan sejumlah pelajar kepada salah seorang guru. Kejadian tersebut sangat memprihatinkan di dunia pendidikan. 

“Kami sangat prihatin ketika mendengar kejadian itu di media sosial, kekerasan terhadap guru kembali terjadi,” kata H Sururi, Ketua PW Pergunu Jatim saat ditemui NU Online di kantornya, Selasa (12/2).

Menurut mantan Ketua Pergunu Gresik ini, dunia pendidikan harus menekankan secara serius pendidikan karakter. “Sekolah ataupun para guru harus fokus pada pendidikan akhlak. Pendidikan akhlaq harus terus ditanamkan hingga di tingkat lanjut tidak hanya di tingkat dasar,” ungkapnya. 

Dirinya meminta secara organisasi kepada guru NU jangan hanya fokus pada prestasi akademis. “Tapi bagaimana anak-anak bisa bertambah ilmu, akhlak dan mampu mengaplikasikan ilmu tersebut,” jelasnya.

Sururi mengajak kepada guru NU agar serius memperhatikan akhlak peserta didik. “Tirulah pendidikan di pesantren. Sebelum pembelajaran materi lainnya, terlebih dahulu akhlak harus diajarkan dan dicontohkan,” katanya. Misalnya ketika guru berjalan di depannya, para pelajar harus menunduk, mencium tangan dan menata sandal guru, lanjutnya. 

Masih menurut Sururi, PW Pergunu Jatim terus mengingatkan kepada sekolah, guru, orang tua dan masyarakat harus turut serta menjadi keteladan bagi para pelajar. “Pemerintah juga harus membina dan mengawasi serta mengevaluasi lembaga pendidikan,” pintanya.

Selain itu, Sururi juga meminta kepada lembaga pendidikan membuat peraturan yang tegas misalnya, santri dilarang membawa gawai di sekolah. “Begitu juga orang tua ikut mengawasi gawai anaknya,” ungkapnya. 

Secara khusus dirinya memberikan catatan terkait kekerasan tersebut. “Kekerasan yang dilakukan siswa kepada gurunya adalah pelanggaran berat, tapi beruntung dapat diselesaikan dengan saling memaafkan,” pungkasnya.

Penyataan ini sebagai respons atas beredarnya video kekerasan yang dilakukan seorang siswa kepada guru. Video itu beredar di jagat maya melalui media sosial. Video yang diunggah melalui akun @lambeturah, @fakta.indo, dan @makassar_iinfo, memperlihatkan seorang siswa menantang gurunya berkelahi.

Peristiwa terjadi di SMP PGRI Wringinanom, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Sabtu (9/2) lalu. (Rof Maulana/Ibnu Nawawi)