Bandung Barat, NU Online
KH Raden Syarif Rahmat menegasakan, perbedaan fiqh jangan sampai menjadi masalah. Ia menyampaikah hal itu pada peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw di Mesjid Al-Irsyad Kotabaru, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu (1/2) pagi.
<>
Ia mengatakan, semua amaliyah fiqh yang tampak di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia pada akhirnya bersumber dari junjunan Nabi Muhammad Saw.
Ia mencontohkan, dalam A-Qur’an ada beberapa ayat yang harokat atau bahkan artinya berbeda. Perbedaan lain, misalnya bersentuh kulit pria dan wanita tidak batal wudlu menurut pendapat Imam Malik, tapi mayoritas masyarakat Indonesia batal karena mengikuti pendapat Imam Syafi’i.
“Adzan dua kali dalam setiap pelaksanaan Jum’at juga jangan dipermasalahkan dan masih banyak lagi perbedaan-perbedaan lainnya,” katanya
Kiai Syarif menegaskan, jangan sampai mengecap perbedaan itu bid’ah. Jika berbicara bid’ah, maka semua yang kita lakukan dan hadapi zaman sekarang hampir bid’ah. “Musik bid’ah, tapi kenapa tidak diprotes? HP, televisi, berpakaian, bahkan mushaf Al-Qur’an sendiri adalah bid’ah karena tidak ada pada zaman Nabi Saw,” tegasnya.
Menurut dia, semua perbedaan adalah rahmat, tidak boleh saling mengejek dan menghina. Jangan merasa paling benar diantara perbedaan.
“Yang penting bagi kita pada saat ini agar bisa lebih mendalami bahwa Nabi Muhammad adalah makhluk yang paling mulia, pemberi syafaat,” katanya. (Saprudin/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Hasil Sidang Sengketa Pilpres 2024: Seluruh Permohonan Anies-Muhaimin Ditolak MK
2
Ini Profil Delapan Hakim MK yang Putuskan Sengketa Pilpres 2024
3
Apa Itu Dissenting Opinion dan Siapa Saja Hakim yang Pernah Melakukannya?
4
Sidang Putusan MK, Berikut Petitum Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud
5
Lolos Perempat Final Piala Asia U-23, Lawan Berat Menanti Timnas Indonesia
6
Terkait Hasil Pemilu, PBNU Serukan Patuhi Putusan Mahkamah Konstitusi
Terkini
Lihat Semua