Daerah

Perbanyak Istighfar dan Bersihkan Hati Jelang Ramadhan

NU Online  ·  Senin, 14 Mei 2018 | 03:15 WIB

Mojokerto, NU Online
Bulan Ramadhan sebentar lagi datang. Hal yang harus dilakukan umat Islam adalah meningkatkan kadar keimanan dan ketakwaan. Dan yang harus dipersiapkan adalah memperbanyak permohonan ampun, serta membersihkan penyakit hati.

"Perbanyak istighfar di bulan Rajab. Setelah itu bersihkan penyakit hati seperti riya, mudah marah, menggunjing, adu domba serta menghasud di bulan Sya'ban,” kata KH Makhrus Ali, Sabtu (12/5). Sehingga saat Rahmadhan tiba, kita benar-benar sudah siap, lanjutnya.
.
Peringatan tersebut disampaikannya pada pengajian umum di Masjid Fathul Qulub Dusun Pasinan Kulon, Jetis, Mojokerto, Jawa Timur. Kegiatan  bekerja sama dengan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) setempat.
.
Menurutnya, saat akan menghadapi Ramadhan harus siap. “Yakni dengan dengan mengisi waktu melalui hal positif seperti pengajian untuk menambah bekal ilmu saat berada di bulan Ramadhan,” katanya.

Menurutnya, segalanya harus dipersiapkan sedini mungkin. Mengingat bulan suci penuh berkah ini datangnya tidak setiap hari. “Sudah sepatutnya harus bisa dimaksimalkan,” ujarnya. 
.
Kiai Makhrus mengingatkan bahwa persiapan menjadi penting agar ketika Ramadhan tidak sekedar menahan haus dan lapar. "Tingkatkan puasa menjadi istimewa. Tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga harus menjaga mata, telinga, mulut dari perbuatan maksiat." sambungnya.
.
Pada kegiatan ini turut hadir Suyanto selaku pengurus sesepuh desa setempat. Dirinya bangga lantaran nahdliyin sangat kompak dan guyup. Apalagi pemuda-pemudi juga berbaur sehingga menambah kekuatan Nahdlatul Ulama. 
.
“Di tengah maraknya berbagai macam aliran yang mengatas namakan Islam dan meresahkan masyarakat, NU di kampung ini kian tumbuh dan berkembang cukup baik,” katanya. 
.
Menurutnya, apa yang dilakukan nahdliyin sebagai langkah bagus dalam membendung berbagai aliran meresahkan yang kini gampang tersebar. "Jika di kampung masih terdengar lantang suara orang tahlilan, yasinan, dibaan, maka insyaallah Indonesia akan tetap aman,” kata Suyanto.
.
Rangkaian acara ditutup dengan menyanyikan mars Yalal Wathan bersama masyarakat setempat. Kepalan tangan kanan di atas, dada tegak dibarengi dengan intonasi dan suara yang keras menambah semangat untuk terus berupaya menjaga keutuhan NKRI. (Nuruddin/Ibnu Nawawi)