Daerah

Pengasuh Pesantren Al-Ittifaq Terima Penghargaan dari Presiden

NU Online  ·  Senin, 29 Desember 2014 | 05:04 WIB

Bandung, NU Online
Pengasuh Pesantren Al-Ittifaq, KH.Fuad Affandi kembali meraih penghargaan. Kali ini, ulama Nahdlatul Ulama (NU) dari Kabupaten Bandung itu meraih penghargaan bergengsi dari Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo, 26 Desember 2014, di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Sukamandi, Ciasem, Subang, Jawa Barat.
<> 
Penghargaan bertaraf Nasional tersebut berupa penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara. Sebelumnya, kiai yang dikenal pengusung taraket sayuriah karena sukses agribisnis sayur-mayur ini juga meraih penghargaan serupa di level Provinsi, yakni penghargaan  Adhikarya Pangan Nusantara tingkat Jawa Barat dari Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, 17 Oktober 2014 lalu.

Kepada NU Online, kiai yang biasa disapa Mang Haji tersebut mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah memberinya penghargaan di bidang pangan. "Terima kasih atas penghargaan tersebut. Namun, mohon maaf saya tidak bisa datang dan mewakilkan Agus Setia Irawan (Kepala Koperasi Pesantren Al-Ittifaq-red)," ujarnya.

Mang Haji menjelaskan tentang pentingnya memperhatikan sektor pertanian sebagai aset negara. "Selama ini kesalahan mendasar kita memandang pertanian tidak menghasilkan laba yang cepat. Itu salah besar. Lahan begitu luas, banyak tanaman bisa berkembang secara baik dan pasar selalu membutuhkan," katanya.

Menurutnya, masyarakat Indonesia yang mayoritas hidup di desa tidak berdaya menghadapi mata rantai pasar karena tidak mendapatkan pendidikan pertanian secara baik dari hulu ke hilir sehingga berakibat mematikan pikiran dan akibatnya tidak berani menjadi petani. "Bisa bertani ya harus bisa mengolah hasil, selanjutnya bisa menjual, dan lebih dari itu harus mahir melayani," tegasnya.

Kepada warga Nahdliyin, Mang Haji berharap agar masyarakat Nahdliyin terus belajar ilmu pertanian dan mau mengolah lahan. "Jangan sampai ada waktu yang nganggur, jangan sampai ada lahan yang tidur. Cancut tali wondo, rawe-rawe malang putung. Malam di wejang (belajar-red), sing tempur di ladang (giat bekerja),” pungkasnya. (Yus Makmun/Mahbib)