Kendal, NU Online
Penanaman nilai Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja) bagi siswa di bawah naungan Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif Nahdlatul Ulama perlu diaktualisasikan ke dalam keseharian untuk menjawab kebutuhan zaman.
Di era sekarang, lalu lintas informasi sudah sedemikian massif disebarkan melalui media sosial yang di antaranya bertentangan dengan nilai Aswaja. Karenanya, penguatan Aswaja perlu dilakukan secara kontekstual agar para anak didik mampu menyaring informasi yang tidak sesuai dengan jati diri sebagai generasi muda NU.
Demikian disampaikan Muhamad Sulhanudin saat mendampingi Kiai Mufthon Samroddin Rois pada materi Aswaja dalam Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) bagi pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMK NU 1 Kendal di Desa Krompakan, Kecamatan Gemuh, Kendal, Jawa Tengah Senin (10/12).
“Silakan adik-adik bermedia sosial, namun perlu waspada karena banyak bahaya mengintai,” katanya.
Saat ini banyak kalangan yang mengatakan bahwa tahlilan bidah, ziarah kubur musyrik, dan dengan mudah menuduh orang lain kafir. “Ketika provokasi itu masuk, perlahan kalian akan diajak untuk hijrah meninggalkan nilai dan amaliah yang sudah diajarkan oleh orang tua dan guru di sekolah,” terang pegiat media sosial Ansor Kendal, yang juga mantan jurnalis ini.
Kiai Mufthon Samroddin Rois, pengasuh Pondok Pesantren Safiiyah Salafiyah Gebanganom Wetan mengajak para siswa untuk mengingat kembali pelajaran NU yang sudah diperoleh.
“NU lahir dan didirikan untuk melanjutkan tradisi Aswaja yang sudah diajarkan Nabi Muhammad, dilanjutkan para sahabat, hingga Wali Songo yang menyebarkan Islam ke tanah air,” jelasnya. Karenanya silsilah keislaman NU jelas rujukannya dan tidak asal kembali kepada al-Qur’an dan hadist sebagaimana klaim dari pihak yang mengaku paling Islam hingga begitu mudah menuduh kelompok lain sesat, lanjutnya.
Dalam penjelasannya, NU ada tidak hanya untuk nahdliyin, tapi untuk bangsa. “Karena NU-lah yang dari awal tegas mendukung Pancasila,” katanya di hadapan peserta.
NU sepakat dengan darussalam bukan darul Islam karena negara ini terdiri dari bermacam agama. “Karenanya dalam NU tidak ada istilah makar dan memberontak pemerintahan yang sah. Setiap perbedaan disampaikan secara terbuka dan sesuai prosedur,” tegas pembina pencak silat NU Pagar Nusa Kendal ini.
Lebih lanjut Kia Mufthon yang juga tim Densus 99 Banser Kendal menjelaskan, sekarang NU sedang diserang dari berbagai penjuru yang tidak menghendaki NKRI utuh. Di media sosial, kiai dan tokoh NU difitnah. “Banser yang dengan gagah berani mengatakan NKRI harga mati juga tak luput dari sasaran berita hoaks,” ungkapnya.
Kepada peserta, Kiai Mufthon mengajak bersyukur karena hingga kini masih bisa bersekolah dengan tenang, menjalankan ibadah secara nyaman tanpa ada yang melarang. “Beberapa tahun ke depan, adik-adiklah yang akan berada di barisan depan menjaga NU, menjaga bangsa ini,” tegasnya. Karenanya persiapkan sejak sekarang, belajar yang tekun, dan di manapun kelak jangan tinggalkan identitas dan jati diri sebagai anak NU, lanjutnya.
Kiai Mufthon berpesan agar para siswa dapat meneladani karakter NU dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Di antaranya at-tawasuth, at-tawazzun, al-i’tidal, tasamuh dan amar ma’ruf nahi munkar. “Kader NU harus bisa bersikap di tengah, tidak ekstrim kiri atau kanan, seimbang dalam segala hal dan berkhidmat, berlaku adil, toleran, serta mendorong yang baik dan mencegah yang membawa kerusakan,” tandasnya.
LDK diikuti puluhan pengurus OSIS yang berasal dari siswa kelas X dan XI. Mereka mendapatkan materi yang dirancang untuk melatih jiwa kepemimpinan dan berguna dalam mengemban tugas organisasi. Selain itu juga mendapatkan materi Aswaja dari instruktur berlatar belakang pesantren dan wawasan kebangsaan dari Koramil Kota Kendal.
Kepala Sekolah SMK NU 1 Kendal Mokh Izudin melalui Waka Kesiswaan Rohmiyati, mengatakan bahwa berorganisasi bagi siswa merupakan media tepat untuk mengasah jiwa kepemimpinan. “LDK ini diadakan untuk membekali pengetahuan dasar tentang kepemimpinan dan bagaimana mempraktikkannya,” katanya.
Diharapkan para siswa dapat menginternalisasi nilai Aswaja dalam berorganisasi dan bahkan bermasyarakat ketika berada di luar sekolah. “Kepemimpinan Aswaja ini penting untuk membantengi para siswa dari pengaruh negatif,” pungkas Rohmiyati. (M Sulhanudin/Ibnu Nawawi)