Daerah

Peneliti Aswaja NU Center Jelaskan Kemoderatan Paham Aswaja

Rab, 4 Agustus 2021 | 14:00 WIB

Peneliti Aswaja NU Center Jelaskan Kemoderatan Paham Aswaja

Ustadz Yusuf Suharto saat mengisi Masa Orientasi Mahasiswa Ma'had Aly Pesantren Mambaul Maarif Denanyar Jombang, Selasa (3/8/2021). (Foto: dok istimewa)

Jombang, NU Online 

Masyarakat Muslim di Indonesia beruntung memilih tiga ulama yang diakui dunia dan menjadi tokoh panutan yang menyatukan. Bahkan ketiganya adalah mujaddid (pembaharu) Islam, yaitu Imam Syafii (mujaddid abad dua hijriah), Imam Abul Hasan Al-Asy'ari (mujaddid abad ketiga), dan Imam Ghazali (mujaddid abad kelima). 


"Imam Syafii itu dikenal sebagai pembela sunnah Rasulullah. Beliau ini mampu mensinergikan ahli ra'yi (rasional) di Irak dan ahlil hadits di Madinah," kata Ustadz Yusuf Suharto, Dosen Ma'had Aly Denanyar, dalam rilis yang diterima NU Online, Rabu (4/8/2021).

 

Mengisi Masa Orientasi Mahasiswa Ma'had Aly Pesantren Mambaul Maarif Denanyar Jombang pada Selasa (3/8/2021) di Pesantren Denanyar, Ustadz Yusuf Suharto mengatakan keilmuan Imam Syafii memang diwarisi dari tradisi pengikut Imam Abu Hanifah. Imam Syafi'i adalah murid dari Imam Muhammad bin Hasan yang merupakan murid Imam Abu Hanifah.

 

"Sementara di sisi lain, beliau juga murid Imam Malik bin Anas, pembangun mazhab Maliki," ujar Ketua Umum Persatuan Dosen Agama Islam (Persada) Nusantara DPW Jatim ini.

 

Pihaknya menambahkan, Ahlussunnah wal Jamaah yang biasa disingkat Aswaja sebagai paham moderat. "Nah, dengan demikian aswaja itu bisa saja disingkat 'Asal wajar-wajar saja'," selorohnya.

 

Selain itu, Aswaja itu bersikap wajar dan proposional, menghormati seluruh sahabat. Juga bersikap wajar dalam kepemimpinan dan seterusnya.


Ciri khas Aswaja

Sebelumnya, peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jatim ini juga mendampingi pemahaman Aswaja dalam Masa Taaruf Siswa Madrasah (Mastama) yang diselenggarakan Madrasah Aliyah Mamba'ul Ma'arif (MAMM) Denanyar Jombang. Mastama berlangsung dua hari, yaitu Rabu-Kamis, 28-29 Juli 2021.

 

Sementara itu Mastama MTs Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang diselenggarakan pada Sabtu, 24 Juli 2021 secara daring, yang juga disaksikan para wali santri. Di dua lembaga ini pihaknya juga diminta berbicara tentang Aswaja. 

 

Dalam sesi materi Aswaja yang berlangsung mulai pukul 07.30-08.15 WIB tersebut ada seorang santri yang bertanya ciri khas Aswaja. Yusuf memaparkan bahwa di NU itu ada Fikrah Nahdliyah, dan dalam Muktamar NU di Jombang pada 2015, diputuskan tentang Khashaish Aswaja.

 

Mengacu pada perjalanan NU, Fikrah Nahdliyah dan Khashais, pihaknya menyimpulkan beberapa bagian ciri khas Aswaja. Pertama, Aswaja itu menghormati mazhab dan mengamalkan ber-Islam yang bermazhab. Bermazhab bermakna mengikuti jalan mayoritas (as sawadul a'dzam). 

 

Kedua, Aswaja itu menyikapi secara proposional dan benar relasi antara agama dan negara (politik). Wujudnya adalah cinta NKRI.  Ketiga, berakidah yang benar, yaitu dengan mensifati Allah dengan sifat-sifat pokok kesempurnaan, yang diwujudkan dalam sifat wajib 20. Di antaranya, Allah berbeda dengan makhluk.

 

Keempat, menjunjung tinggi dan menghormati komunitas pertama dalam Islam, yang mendampingi Rasulullah, yaitu para sahabat. Rasulullah sendiri memuji tiga generasi pertama, sebagai sebaik-baik masa (khairul qurun).

 

Kelima, bersikap moderat dan toleran. Aswaja menghormati perbedaan pendapat. Aswaja tidak mudah membidahkan, apalagi mengkafirkan sesama Muslim. 

 

"Terakhir, kami berpesan kepada para santri agar terus giat belajar sebagai panji Ahlissunnah wal Jamaah era mendatang. Jika ada persoalan yang rumit, agar bertanya kepada para ahlinya, yaitu para ulama, dan guru-guru kita," ujar Ustadz Yusuf Suharto dalam acara yang berlangsung di Gedung Aula MAMM itu.

 

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Alhafiz Kurniawan