Daerah

Pelajar NU Tak Pernah Kehilangan Identitasnya

Ahad, 24 November 2019 | 15:00 WIB

Pelajar NU Tak Pernah Kehilangan Identitasnya

Pentolan IPNU Jember, Muhammad Muwafik berfoto bersama para peserta Latihan Kader Muda (Lakmud) di Pesantren Darul Falah, Desa Besuk, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online

Dewasa ini, hadirnya media sosial (medsos) yang begitu masif dengan beragam fiturnya merupakan tantangan tersendiri bagi pelajar. Di satu sisi medsos perlu digarap karena mempunyai keunggulan dan manfaat yang luar biasa. Di antanya adalah dapat memperluas wawasan sekaligus menambah jejaring pertemanan. Namun pada saat yang sama, media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, WhatsApp, dan lainnya menjelma sebagai sarana baru yang bisa menampung sekaligus menyebarkan informasi bohong dan konten-konten lain yang membahayakan, termasuk konten radikal.

 

“Di situlah tantangan pelajar, harus pandai memilih dan memilah konten yang baik dan bernilai,” ujar pentolan IPNU Jember, Muhammad Muwafik saat menjadi narasumber dalam kegiatan Latihan Kader Muda (Lakmud) di Pesantren Darul Falah, Desa Besuk, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu (23/11).

 

Menurut Muwafik, hadirnya medsos yang diikuti dengan revolusi industri 4.0 merupakan sebuah keniscayaan zaman. Sebab zaman akan terus mengalami dinamikanya sebegitu rupa dengan penemuan-penemuan terbaru untuk mempermudah kehidupan manusia. Indonesia sebagai bagian dari dunia, tentu tidak mungkin menghindar dari dinamika itu.

 

“Yang terpenting adalah kita tidak boleh larut dalam kemajuan zaman, kita wajib mempertahankan jatidiri kita sebagai kader Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja),” jelasnya.

 

Untuk itu, lanjut Muwafik, kegiatan-kegiatan seperti Lakmud dan semacamnya, sangat penting dilakukan untuk memperkokoh semangat, mempertebal keyakinan, dan menambah wawasan tentang Aswaja. Sehingga tantangan apapun yang dihadapi, pelajar NU tetap bisa bersikap elegan tanpa bergeser jatidirinya.

 

“Pelajar NU sejati tak akan pernah kehilangan identitasnya, jatidirinya,” terang Muwafik.

 

Dosen IAIN Jember itu berharap agar pelatihan kaderisasi dapat merubah pola pikir para pelajar, yang semula bersifat komsumtif menjadi produktif dalam bidang apapun, khususnya dalam memanfaatkan peluang di era revolusi industri 4.0.

 

“Era 4.0 tidak boleh disia-siakan, harus ditangkap dengan cerdas,” ungkapnya.

 

Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) IPNU-IPPNU IAIN Jember selama tiga hari, dan berakhir Ahad (24/11).

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Ibnu Nawawi