Daerah

Pelajar NU Tak Boleh Kendur Semangat Juangnya

NU Online  ·  Selasa, 5 Februari 2019 | 06:00 WIB

Jember, NU Online
Pelajar NU tidak boleh kendur semangatnya dalam memperjuangkan Islam Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Sebab, di tangan merekalah  masa depan NU dan bangsa dipertaruhkan. Demikian disampaikan pengasuh pesantren Ashri, Talangsari, Jember, Jawa Timur, KH Afton Ilman Huda saat memberikan pengarahan dalam acara Ta’aruf PC IPNU-IPPNU Jember di makam Mbah Shiddiq, Kaliwates, Jember, Senin (4/1).

Menurutnya, pelajar NU mempunyai tugas yang tidak ringan di tengah kian maraknya ancaman gerakan radikal dan aliran menyimpang lainnya.

“Mudah-mudahan ini (ta’aruf di makam Mbah Shiddiq) adalah  langkah yang   baik untuk memulai  perjuangan kalian nanti,” tukasnya.

Dalam kesempatan itu, Gus Afton, sapaan akrabnya, juga banyak mengupas sepak terjang Mbah Shiddiq dalam menyebarkan Islam di Kabupaten Jember. Pesantren Ashtra, Talangsari, yang beliau dirikan merupakan pondasi awal berkembangnya Islam di  Jember, melalui pengkaderan santri dan pendirian sejumlah masjid, termasuk masjid jamik Al-Baitul Amin yang terletak di sebelah barat alun-alun kota Jember.

“Jadi santri-santri dan keturunan beliau kemudian menjadi motor penggerak menyebarnya Islam di Jember dan sekitarnya,” tambahnya.

Gus Afton juga sedikit menjelaskan keturunan Mbah Shiddiq yang semuanya menjadi ulama. Dari pernikahan pertamanya dengan Nyai Hj Maimunah, Mbah Shiddiq dikaruniai  4 anak. Yaitu pertama, KH Mansur, sang pencipta shalawat badar. Kedua,  Nyai Hj.  Roikhanah, ibu dari waliyullah, KH Abdul Hamid Pasuruan. Ketiga, KH Ahmad Qusyairi, ulama sekaligus penulis sejak usia muda. Keempat, KH Mahmud,  ayah dari KH Shodiq Mahmud dan KH Abdul Hamid Wijaya, pendiri Ansor  (Red: Aryudi AR).