Daerah

Peduli Sosial, Pesantren Kikil Pacitan Produksi Film Pendek

Kam, 26 April 2018 | 06:00 WIB

Peduli Sosial, Pesantren Kikil Pacitan Produksi Film Pendek

proses pengambilan gambar

Pacitan, NU Online
Dunia digital saat ini berkembang sangat pesat, siapapun bisa mengaksesnya. Hari ini penyampaian informasi kepada masyarakat melalui konten video merupakan pilihan tepat. Diprediksi pada tahun 2020 nanti, konsep media lebih banyak bertumpu pada media video dan digital. 

Berangkat dari hal itu, Pesantren Al Fattah Kikil Pacitan Jawa Timur memberikan tugas kepada santri kelas akhir yang tergabung dalam kelas sinematografi Ashabussinema Madrasah Aliyah (MA) Pembangunan untuk memproduksi sebuah karya film pendek.

”Tujuanya untuk memberikan pembekalan dan pengalaman ilmu sinematografi sebagai bekal terjun ke masyarakat.” ungkap pembimbing kelas sinematografi, Gus Hammam Fathullah, kepada NU Online, Kamis ( 26/4).

Film pendek yang diproduksi para santri ini berjudul Kidz Zaman Now kami belum butuh gadget. Tema ini sengaja diangkat sebagai respon atas fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. 

Diantaranya banyak permainan tradisional yang digantikan dengan gadget atau HP.

“Kita sengaja mengangkat isu sosial terkini, keresahan orang tua dan guru, di mana anak kecil sudah banyak yang kecanduan gadget. Usia mereka seharusnya diisi dengan bermain di alam terbuka,” kata Gus Hammam yang merupakan pencipta Lagu Mars Ayo Mondok itu.

Dalam proses produksi, katanya, pesantren Al Fattah Kikil bekerjasama dengan Madrasah Ibtidaiyyah Negeri 4 Pacitan. Di mana semua pemeran film pendek ini berasal dari siswa-siswa sekolah tersebut. Sementara untuk sutradara, script writer hingga kameramen dipegang oleh santri kelas akhir MA Pembangunan.
 
Proses pembuatan film dari awal pembuatan naskah memakan waktu hampir satu minggu, dua hari untuk seleksi talent dan screening naskah, selebihnya untuk proses pengambilan gambar. 

“Melalui tugas ini, kita ingin mengajak kepada murid-murid MIN untuk tertarik berkarya, terutama di bidang fotografi dan sinematografi. Santri Madrasah tidak boleh kalah dengan siswa sekolah umum,” ujarnya.

Rencananya film produksi santri kelas sinematografi ini akan diputar dalam acara Gebyar Santri yang digelar oleh pesantren Al Fattah Kikil di desa Kalak, Donorojo, Pacitan, 28 April mendatang sebagai bagian dari penampilan karya seni santri.

Gus Hammam melanjutkan, saat ini santri pesantren harus mulai memproduksi karya film sendiri. Pesantren diharap tidak hanya menjadi konsumen film dari media lain. Pesantren harus pula peduli dengan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat dengan mengemasnya melalui sebuah karya film.

“Film ini juga akan kita promosikan kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI. Sebagai bentuk kampanye perlindungan anak terhadap pengaruh gedget,” tandasnya. (Zaenal Faizin/Muiz)Â