Pekalongan, NU Online
Ketua Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan H Muhtarom mengatakan, dari tahun 1800 sampai 1900an ada kurang lebih 112 perlawanan terhadap Belanda, terhadap penjajah. Sebanyak 105 diantaranya dilakukan oleh habaib, kiai, dan santri.
"Salah satu yang fenomenal adalah Perang Diponegoro. Ini bukti nyata bahwa peran kaum sarunngan baik kiai, santri, dan habaib sangat besar dalam mengusir penjajah. Sampai kemudian meraih kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, dan mengisinya,” ujar Muhtarom.
Hal tersebut diungkapkan Muhtarom pada kegiatan seminar Keaswajaan dan Kebangsaan menyambut HUT RI Ke-73 tahun 2018 yang dihelat PCNU dan Rabithah Alawiyah Kota Pekalongan, Senin (30/7) di Gedung Aswaja setempat.
Dikatakan, NU dan Rabithah Alawiyah juga sejak dulu belum pernah sekalipun terlibat dalam pemberontakan terhadap NKRI. Melainkan, NU-Rabithah bekomitmen akan terus menjaga keutuhan NKRI, serta berupaya terus menjaga kondusivitas.
“Kita harus terus bersinergi, dengan TNI-Polri dan seluruh elemen masyarakat demi kesatuan persatuan NKRI. Kita dari NU dan Rabithah ini yang notabene ‘NKRI swasta’ ini akan terus mendukung dan membantu ‘NKRI Negeri’ yakni TNI Polri dalam menjaga keutuhan NKRI,” imbuh Muhtarom.
Muhtarom menambahkan bahwa kegiatan tersebut digelar di samping dalam rangka menyambut HUT ke-73 Kemerdekaan RI juga sekaligus untuk lebih meningkatkan sinergitas di masyarakat, terutama NU-Rabithah Alawiyah, untuk bisa membantu TNI Polri dalam bela negara maupun kamtibmas.
"Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) maupun Rabithah Alawiyah, bahkan telah berjuang mengusir penjajah dari bumi Nusantara sejak lama, merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah, dan mempertahankan serta mengawal keutuhan NKRI," pungkasnya. (Muiz)