Surabaya, NU Online
Gelaran PWNU Jatim Award 2019 berlangsung sejak Ahad hingga Senin (30/6-1/7). Nominator peraih juara mempresentasikan profil dan capaian kebanggaan yang telah dilakukan kepada sejumlah tim penilai.Â
Yang mungkin jauh dari publikasi adalah kiprah Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama atau PRNU. Mereka sebenarnya pengurus NU sesungguhnya lantaran langsung bertemu dengan nahdliyin. Dan ternyata, ada sejumlah PRNU di Jatim tidak semata bangga sebagai warga, namun turut menjamiahkan jamaah.Â
Hal tersebut mengemuka pada pemaparan empat PRNU yakni Desa Wedoro, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo. Selanjutnya PRNU Desa Dadapan, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, PRNU Desa Singonegaran, Pesantren, Kota Kediri, serta PRNU Desa Gedangan, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik.
Di hadapan sejumlah akademisi dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Jawa Timur, dan unsur media, para peserta menyampaikan khidmahnya selama ini.
“Empat peserta dari pengurus ranting ini semua memiliki kantor atas nama NU,” kata Sururi Arumbani, Ahad (30/6).
Menurut salah seorang panitia PWNU Jatim Award 2019 ini, dirinya telah memastikan kondisi tersebut saat melakukan kunjungan ke lapangan atau visitasi. “Betul, waqif nadzir NU di levelnya masing-masing,” tegasnya.Â
Tidak berhenti sampai di situ, saat pemaparan tergambar ada sejumlah PRNU yang memfokuskan pada pendidikan sekolah formal. “Sehingga mereka juga memiliki lembaga pendidikan dari mulai PAUD, TK, SD, SMP dan SMA dan semuanya sertifikat atas nama NU,” bangga Pengurus Wilayah (PW) Rabithah Ma’ahid Ismaliyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Jatim tersebut.
Â
Hajat warga yang membutuhkan layanan kesehatan juga terpenuhi. “Ada yang memfokuskan pada kesehatan, sehingga memiliki klinik kerja sama dengan pihak lain,” jelasnya. Demikian pula ada ranting yang memiliki pesantren dan asetnya atas nama NU, lanjutnya.
“Seperti diketahui, di Jawa Timur sudah beberapa tahun ini NU bergerak untuk mengubah status aset menjadi milik organisasi, dan ini luar biasa. Keempat ranting tersebut adalah contohnya,” jelasnya.Â
Dengan ikhtiar yang dilakukan, salah satu PRNU ini telah memiliki lebih dari 5 masjid , lebih 10 mushalla dan semuanya sertifikat asetnya atas nama NU. “Ketertiban aset ini menjadikan mereka lebih mudah mengelola dan memanfaatkannya untuk kepentingan jamiyah atau organisasi NU dan jamaahnya yaitu warga NU serta lainnya,” ungkapnya.Â
Bila telah memiliki sejumlah aset, maka mengadakan apa saja menjadi mudah. Bisa untuk dakwah, pendidikan, penguatan Aswaja, kesehatan, sosial, ekonomi dan lain sebagainya. “Sangat jarang digunakan untuk kepentingan politik, apalagi pribadi, karena aset milik NU itu nguwalati,” ujarnya sembari tertawa.
Kala peserta masih presentasi, ada yang mencoba melakukan kalkulasi atas seluruh aset yang ada, ternyata jumlahnya hampir seratus miliar rupiah. “Coba bayangkan, andai ada seribu ranting seperti ini, maka NU punya seratus triliun asset,” sergah Kang Sururi, sapaan akrabnya.Â
Dalam pandangannya, itu baru ranting, belum kepengurusan di atasnya yakni majelis wakil cabang, pengurus cabang, badan otonom, dan lembaga. “Apalagi ditambah yayasan yang berafiliasi NU yaitu aset milik yayasan, tetapi program mengikuti NU. Ini jumlah lebih banyak lagi,” urainya.
Belum lagi dalam hal program penguru ranting. Upaya sinergi antara badan otonom, lembaga dan warga sehingga bisa mencapai tujuan ternyata setiap ranting punya strategi dan taktik sendiri. “Kita bisa belajar kepada mereka,” ajak Sururi.Â
Menurut Direktur TV9 ini, empat PRNU yang masuk nominator peraih PWNU Jatim Award bisa menjadi angin segar bagi kebesaran jamiyah di masa mendatang. “Para pengurus sadar tidak bisa sembarangan mengklaim bahwa dirinya adalah kader NU, warga NU, milik NU, semua harus dibuktikan dengan data, dokumen yang sah dan valid. Kalau sekedar ngaku, semua juga bisa,” pungkasnya. (Ibnu Nawawi)Â