Daerah

One Pesantren One Product Jatim Diharapkan Memperkuat Pemasaran

Ahad, 8 Desember 2019 | 23:00 WIB

One Pesantren One Product Jatim Diharapkan Memperkuat Pemasaran

Sejumlah pesantren raih penghargaan dari Dinas Perkebunan Jatim.

Surabaya, NU Online
Ketua Dewan Kopi Jawa Timur, Muhammad Zaki mengatakan, pengapresiasi Program One Pesantren One Product (OPOP) yang difasilitasi oleh Pemprov Jatim. Dia mengatakan target dari Pemprov Jatim untuk menggeber program OPOP tahun ini sebanyak 150 OPOP tidaklah mudah. Bahkan, setiap tahun rencana kerja sampai lima tahun bisa menjalankan program ini sampai 1.000 OPOP.

Diketahui, pada Agustus lalu, sudah ada 30 pesantren yang menjadi pilot project program OPOP ini. Puluhan pesantren yang ditunjuk tersebut merupakan pesantren yang sudah punya embrio produk, mulai dari produk fesyen, makanan, bahan olah raga, dan bidang digital.
 
"Kami berharap program ini jangan hanya berhenti pada aspek menumbuhkan produk baru, namun yang lebih penting adalah pemasarannya. Karena membuat produk itu lebih mudah dibandingkan menjualnya," terang Muhammad Zaki di Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya, Jumat (6/12) pada Seminar Pengembangan Usaha Perkebunan bertemakan Penguatan Pesantrenpreneur Berbasis Perkebunan.
 
Pengusaha dan eksportir kopi dan juga pengasuh Pesantren Agrobisnis Mukmin Mandiri Sidoarjo, ini mengatakan dibutuhkan banyak kolaborasi dari berbagai lini untuk bisa mendorong UKM, IKM, dan juga koperasi di Jawa Timur. Tak terkecuali di kalangan pondok pesantren yang menjadi fokus sasaran program OPOP.
 
Lebih lanjut Muhammad Zaki mengapresiasi tiga pilar OPOP yang digagas Pemprov Jatim. Pertama, menyasar santripreneur untuk menciptakan wirausaha baru di kalangan siswa Aliyah,  SMA,  SMK, mahasiswa dan santri lainnya yang ada di lingkungan pesantren. Kedua, pesantrenpreneur yang merupakan peningkatan kualitas dan pemasaran produk melalui penguatan koperasi pesantren.
 
Kemudian yang ketiga, adalah sociopreneur yang tak lain upaya menumbuhkan wirausaha baru dari kalangan alumni pesantren yang melibatkan masyarakat sekitar pesantren.

Di pesantren sebenarnya sudah mempunyai produk, khusus komoditas pertanian dan handicraft. Bahkan beberapa pesantren telah mengembangkan animasi, film, serta digital IT lainnya. Namun, para pesantren tersebut masih butuh pendampingan.
 
"Yakni bagaimana quality control yang baik, quantity yang mencukupi dan continuity  yang bisa terjaga. Sehingga ketika ada permintaan dalam jumlah besar mereka siap," terangnya.

Seminar juga dihadiri narasumber lain seperti, Kepala Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah, Ketua Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Jatim Misbahul Munir dan Ketua Komisi B DPRD Jatim Aliyadi Mustofa.  
 
Pada kesempatan tersebut, Dinas Perkebunan Jatim memberikan sejumlah penghargaan kepada sepuluh pelaku usaha perkebunan berbasis pesantren.
 
Sepuluh pelaku usaha perkebunan berbasis pesantren yang memperoleh penghargaan, meliputi Izza Nedella (Pengasuh Pesantren SMAI Sabilillah), Gus Abdul Munim Syadili (Pengasuh Pesantren Syadzili Pakis Malang), Ainul Yakin Al Hafidz (Pesantren Hamalatul Qur’an Jogoroto, Jombang), Nya Hj Ainur Rohmah (Pengasuh Pesantren Annuriyah, Wonocolo, Surabaya).
 
Berikutnya, Nyai Hj Saidah (Pengasuh Pondok Putri Sabilur Rosyad, Malang), Hj Etty Sriwinarti (Pesantren Mukmin Mandiri, Sidoarjo), Arif Zamroni (Ketua Jaya Tani Kademangan, Blitar), Gus Misbakhul Khoiri Ali (Gapoktan Maju Mapan, Jember), Mulyono (Keltan Mulyojati, Mojokerto), dan Abdul Karim (Keltan Mulyo Rejo, Pasuruan).     
 
Editor: Kendi Setiawan