NU-Muhammadiyah Lampung Beri "Siraman" Kepada Caleg
NU Online · Senin, 8 Maret 2004 | 12:39 WIB
Jakarta, NU Online
Tidak lama lagi, bangsa Indonesia akan menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat. Probelmnya, saat ini sulit menemukan wakil rakyat yang aspiratif. “Menyikapi kondisi ini, dibutuhkan kearifan kolektif. Kita dihadapkan pada realitas politik untuk menentukan pilihan sesuai hati nurani, menentukan wakil dan pemimpin ke depan melalui sistem pilih langsung. Kita juga harus menjadi pemilih dan wakil rakyat yang bermoral,” ujar Ketua PWNU Provinsi Lampung Drs. H. Khairuddin Tahmid, M.H. kepada NU Online, kemarin di Lampung.
Tokoh masyarakat lampung tersebut memberikan pandangan umum di hadapan para calon legislatif DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten, DPD dan beberapa undangan terdiri dari para tokoh agama, politisi, akademisi dan praktisi pada acara “Penandatanganan Ikrar Integritas Parpol, Calog, & DPD denagn Publik”. Acara yang berlangsung sangat meriah itu diadakan oleh Lembaga Hikmah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Propinsi lampung di Hotel Nusantara. PWNU Lampung terlibat aktif di dalamnya.
<>Dalam ceramahnya, Khairuddin mengatakan bahwa menjelang pelaksanaan pemilu 2004, keberadaan institusi indenpen seperti NU dan Muhammadiyah sebaiknya melakukan gerakan moral untuk menguji integritas dan komitmen elite politik, khususnya para caleg dan calon DPD. Sebab itu, LSM, melalui ormas dan LSM sebagai institusi independen ini terdorong untuk melakukan gerakan moral untuk melahirkan sosok wakil rakyat yang bersih, jujur dan amanah. Mereka juga dituntut tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam setiap langkah-langkah politiknya.
Melalui moral force ini diharapkan menjadi pijakan atas tampilnya kader-kader bangsa yang memiliki keinginan bahkan obsesi untuk menjadi pemimpin ke depan. “Dengan segenap kemampuan yang dimiliki, para calon pemimpin baik sebagai caleg maupun calon DPD mencoba tampil ditengah konstelasi politik yang kian kompetitif ini. Untuk itu perlu diintensifkan sebuah gerakan moral untuk menguatkan komitmen dan integritas para calon tersebut dalam meniti karir politiknya sebagai wakil rakyat untuk menyuarakan aspirasi rakyat yang memilihnya,”lanjutnya.
Masih Menurut Tahmid, langkah proaktif untuk memilih pemimpin yang baik, maka pendidikan politik menjadi suatu keharusan. Para pemilih diharapkan mencermati trade record atau kinerja calon yang akan dipilihnya. Salah dalam memilih dalam pemilu kali ini, implikasinya terasa hingga pemilu berikutnya, karenanya dalam memilih calon pemimpin yang berkualitas.
“Calon pemimpin yang baik dan dapat dipercaya untuk memimpin negara atau menjadi wakil rakyat adalah calon pemimpin yang memiliki integritas dan komitmen moral yang tinggi, yakni; mengutamakan kesejahteraan umum dan tidak korupsi, menjunjung tinggi demokrasi, menghormati HAM, memperhatikan kepentingan local, anti kekerasan, jujur, berwawasan, tidak bermasalah atau cacat moral. Dan, juga memiliki komitmen dan keberanian moral untuk melakukan kebijakan yang diperlukan untuk kemaslahatan bangsa.,”tegasnya lagi. (Sprd/ma)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
3
Khutbah Jumat: Sesuatu yang Berlebihan itu Tidak Baik, Termasuk Polusi Suara
4
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
5
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
6
Sejumlah SD Negeri Sepi Pendaftar, Ini Respons Mendikdasmen
Terkini
Lihat Semua