Daerah

NU Depok Perkuat Kebhnekaan dan Kemanusiaan

NU Online  ·  Kamis, 13 Desember 2018 | 16:00 WIB

Depok, NU Online
Pengurus NU Depok, Jawa Barat menyerukan ajakan untuk memperkuat kebinekaan dan mengedepankan nilai kemanusiaan. Pasalnya, semua masyarakat adalah bagian dari satu anak bangsa yang kemajemukan selama ini telah teruji.

"Mari kita perkuat kebhinnekaan dan  hidup secara rukun dan  damai tanpa diributkan perbedaan yang dimiliki," ujar Plt Ketua PCNU Kota Depok Ustadz Ahmad Solechan seusai Seminar Kebangsaan Merawat Kebhinnekaan Indonesia di Gedung PCNU Kota Depok, Kalimulya, Cilodong, Kamis (13/12).

Dirinya mengingatkan adanya hasrat kekuasaan dan munculnya ideologi trans nasional menggunakan isu-isu yang menyentuh atau menggangu nilai kemanusiaan. Bahkan, lanjutnya, agama  menjadi alat politik, menumpang pada isu sara dan agama.

"Kita berharap dalam  forum secara  lahir batin mengajak Indonesia berbingkai bhineka dengan  ramah dalam perbedaan dan kuat karena perbedaan. Bukan malah terjebak pada isu sektarian, yang justru merusak kebangsaan kita," paparnya. 

Selain itu, dia berharap secara khusus Pemerintah Kota Depok dan stakeholder mengelola kebhinnekaan. Pasalnya, di Kota Depok juga miniatur bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam etnis, suku, ras dan agama.

"Pemerintah harus hadir, melihat warga, kemajemukan warganya, di tengah derasnya arus ideilogi trans nasional. Pragmatisme kekuasaan termasuk menggunakan agama dan sektarian. Pemerintah tak boleh tutup mata terhadap gejolak di bawah," terangnya. 

Seminar tersebut mengangkat tema Merajut Kebinekaan dalam Perbedaan. Hadir sebagai narasumber Amin Mudzakir (LIPI), Khoirun (Komnas HAM), KH Fathuri Wahmad (PCNU Depok).

Dari hasil penelitian LIPI hubungan antara non-Nuslim atau beda agama tidak masalah. Namun, Amin mengungkapkan sebanyak 75 persen tidak setuju pilihan politik yang beda agama. 

Wakil Walikota Depok Pradi Supriyatna mengapresiasi kegiatan tersebut. Pasalnya, bagian dari upaya menjaga persatuan dan kebhinekaan di masyarakat.

"Kita terus melakukan pembinaan dan menjaga persatuan di masyarakat. Tidak benar kalau Depok dikatakan sebagai intoleran. Sebab, saya lahir dan besar di Depok. Tidak ada dijumpai, konflik yang membawa ras, suku atau agama. Paling, kasus kriminal, kenakalan remaja seperti tawuran," paparnya. 

Selain para ulama dan tokoh masyarakat juga hadir perwakilan tokoh dari Katolik, Kristen, Konghucu, Hindu dan Budha. (Aan Humaidi/Kendi Setiawan)