Daerah TRADISI

Ngumpulke Balung Pisah, Nguwatke Ukhuwah

Kam, 30 Agustus 2012 | 05:55 WIB

Semarang, NU Online
Silaturahim dan berkunjung semasa lebaran pastilah biasa dilakukan oleh siapapun. Hari-hari setelah sholat Idul Fitri pastilah penuh diisi jadwal kunjungan maupun menerima tamu. 
<>
Yang pasti terjadi, dan itu seolah telah menjadi kewajiban, warga nahdliyin berbondong-bondong datang ke rumah kiai, guru, ataupun sesepuh. Makin sepuh  makin banyak tamunya dari berbagai desa dan kota. 

Di desa, hampir semua tokoh NU adalah kiai atau sama dengan kiai dalam hal sibuknya menerima tamu, sulit bagi mereka untuk bertemu. Karena itu perlu dipertemukan. Ajang kumpul inipun perlu dikemas dalam acara khusus dengan panitia khusus pula. 

Tak tanggung-tanggung, unsur panitia terdiri dari mantan ketua PWNU Jateng yang juga mantan wakil gubernur Jateng, KH Ahmad. Ditambah ketua MUI Jateng KH Ahmad Darodji, sekretaris MUI Jateng Prof Dr Ahmad Rofiq, pengurus struktural PWNU Jateng aktif, plus kiai-kiai pengasuh pondok pesantren. 

Ada pula unsur anggota DPRD, pejabat pemerintah, pengurus partai, pengusaha hingga dosen perguruan tinggi. Begitu beragamnya oarng yang hendak dikumpulkan, serta begitu luasnya sebaran pihak yang diundang, acara inilah tidak dinamai halal bi halal seperti umumnya masyarakat punya hajat. Tetapi dinamai Ngumpulke Balung Pisah

Tak lain karena memang sesama saudara dan sahabat ini banyak yang telah berpisah lama dan berjauhan. Jarang sekali bahkan tak pernah jumpa. Setidaknya setahun sekali, forum ini jadi ajang bersua. 

Nguwatke Ukhuwah
Ketua panitia pengarah KH Ahmad mengatakan, acara halal bi halal tokoh NU yang tersebar di berbagai tempat itu sengaja diberi nama Ngumpulke Balung Pisah untuk menyebut kenyataan bahwa para tokoh NU telah berpencar di mana-mana. Baik tempat tinggal maupun profesi. Sehingga seperti tulang yang berpisah atau berserakan. Jadi tujuannya untuk menguatkan persaudaraan, Nguwatke ukhuwah. 

“Balung pisah itu ibarat tulang yang berserakan. Jadi perlu dikumpulkan. Maknanya adalah silaturahim keluarga besar NU struktural maupun kultural yang ada di berbagai lokasi dan situasi. Niate kanggo nguwatke ukhuwwah,” jelasnya.

Untuk mengumpulkan mereka, lanjut pengasuh Yayasan Walisongo di Papandayan Semarang ini, perlu diundang dan dikumpulkan dalam even khusus. Momentnya diambil masa lebaran, agar masih dalam suasana Idul Fitri. 

Selain itu, lanjutnya, para tokoh NU itu berada dalam organisasi atau entitas yang berbeda. Sehingga perlu dipertemukan agar melepaskan sekat-sekat mereka selama ini.

“Orang NU yang jadi kepala daerah, DPRD atau jabatan lain, serta yang berada di macam-macam partai maupun profesi, perlu dikumpulkan sebagai keluarga agar lepas sekat-sekat mereka,” terangnya.  

Ia sebutkan, yang akan hadir tahun ini lebih banyak dari tahun lalu. Tokoh yang telah konfirmasi hadir adalah mantan Gubernur Jateng Ali Mufiz, Rektor Unwahas Noor Ahmad, Rektor IAIN Walisongo Muhibbin Nur, Bupati Wonosobo Abdul Kholiq Arif, beberapa bupati dan wakil bupati di Jateng, para anggota DPRD Jateng dan DPRD kabupaten/kota di Jateng yang warga NU, serta serta pengurus partai politik dan pengusaha. 

Sedangkan mauidloh hasanah akan disampaikan Wakil Rais Syuriyah PBNU, KH Ahmad Musthofa Bisri Rembang. Ia minta kader nahdliyin menyempatkan hadir. 

Adapun pelaksanaannya pada Ahad, 2 September 2012 mulai pukul 08.00 di Pondok Pesantren As-Shodiqiyyah Jalan Sawah Besar Semarang. Sohibul Bait,  KH Shodiq Hamzah yang juga Rais Syuriyah PCNU Kota Semarang, juga mengharap seluruh pengurus PCNU dan aktivis  lembaga, lajnah, banom NU se-Kota Semarang hadir. 

“Kami minta seluruh pengurus PCNU dan aktivis lembaga, lajnah dan badan otonom NU Kota Semarang hadir di acara ini. Eman-eman kalau tidak hadir. Terlebih kita akan ada ceramah Gus Mus dan bertemu tokoh NU berbagai daerah,” tutur pengasuh Ponpes As-Shodiqiyyah ini.  

Perlu Dilanggengkan
Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, KH A’wani mengatakan, silaturahim Balung Pisah itu perlu dilanggengkan atau dibuat permanen. Pengasuh pondok pesantren Al-Musthofa Lodan Wetan Sarang Rembang ini juga meminta ajang kumpul itu jangan hanya setahun sekali. Kalau bisa sewaktu-waktu atau setiap peringatan Hari Lahir NU, diadakan acara semacam itu. 

“Silaturahim Balung Pisah ini perlu dilanggengkan. Harus dibuat permanen, tidak tergantung tokoh-tokoh panitianya. Lebih bagus jika tidak hanya setahun sekali. Saat peringatan Harlah NU juga perlu diadakan,” ujarnya saat diwawancarai usai buka bersama dalam rangka Lailatul Ijtima PWNU Jateng jelang akhir Ramadhan lalu. 

Forum yang dirintis oleh KH Ahmad Abdul Hamid Kendal ini menurutnya, perlu diarahkan ke arah dukungan bagi program-program kerja NU. Lebih khusus ia menyebutkan tentang zakat, infaq dan sodaqoh. 

Menurut Kiai A’wani, LAZISNU Jateng perlu menjadikan forum tersebut sebagai momen untuk konsolidasi dan penggalangan dana. Karena yang hadir adalah para tokoh dan punya pengaruh besar, alangkah bagusnya jika diorganisir yang baik dukungan dan setoran dana mereka. 

“Kehadiran tokoh-tokoh NU dalam forum itu perlu dijadikan ajang konsolidasi dan penggalangan dana oleh LAZISNU. Itu perlu diorganisir yang baik. Sebab potensi mereka besar,” tegasnya. 

Ia mempersilakn pengurus tanfidziyah PWNU Jateng menggagas dan melakukan hal-hal baru untuk memanfaatkan momen bagus itu. Demi kemaslahatan umat dan keberhasilan program kerja PWNU, hal itu menurutnya harus dilakukan segera. 

Sementara itu, ketua Panitia KH  Ahmad Darodji dalam rapat panitia di ndalem KH Shodiq Hamzah Jum’at (24/8) lalu mengatakan, isi acara sebelum muidhoh hasanah adalah pembacaan sholawat dan tahlilan. Lalu bersalam-salaman terus ramah-tamah di halaman pondok. 

"Warga NU boleh berbeda jabatan, kedudukan dan pekerjaan. Namun  dalam shalawat dan tahlil selalu dipersatukan. Warga NU boleh menjadi kyai, politisi, PNS, dosen, dokter, pengusaha, tetapi terpenting memiliki satu akidah dan bersama-sama menjadikan NU sebagai rumah besar untuk kemaslahatan umat," tuturnya. 

Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng H Muhammad Adnan menjelaskan, era teknologi dengan kemajuan yang begitu pesat, telah membuat orang mudah melakukan komunikasi, baik melalui SMS, chating, hingga video streaming. Namun bagi dosen FISIP Undip ini, silaturahmi akan lebih utama jika saling bertatap muka.

"Ngumpulke Balung Pisah seperti ini bisa menjalin relasi bisnis, sosial dan manfaat yang lain. Pesan pendiri NU salah satunya adalah meningkatkan tali silaturahmi," ujarnya. 

Penulis: M Ichwan