Daerah

Ngabuburit di Situs Liangan, Permukiman Zaman Mataram Kuno

NU Online  ·  Senin, 27 Juni 2016 | 09:36 WIB

Wonosobo, NU Online
Situs Liangan terletak di lereng timur laut Gunung Sindoro, tepatnya di dusun Liangan Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah. Dari arah pertigaan Ngadirejo hanya sekitar 3 km, yaitu melalui jalur alternatif yang menuju kawasan Wonosobo dan Dieng. Sampai desa Purbosari akses jalan relatif bagus ditempuh. Hanya mulai gerbang desa hingga lokasi situs, selain cukup menanjak, juga jalanan masih berbatu.     

Berdasarkan pantauan NU Online Jumat (24/6), yang menarik adalah sikap warga atau penduduk Liangan Purbosari sendiri sebagaimana juga umumnya desa-desa di Kabupaten Temanggung yang masih tetap mencirikan karakteristik orang Jawa tulen. Terutama Sikap ramah dan kehalusan tutur kata yang begitu kentara. Ketika sudah memasuki areal dusun Liyangan Purbosari, meski sama-sama tidak kenal tapi sangat tidak enak bila pengunjung tidak menyapa warga setempat yang kebetulan dilewati di jalan. 

Bahkan tidak jarang warga setempat yang akan mulai menyapa dengan bahasa Jawa kromo madyo yaitu bahasa jawa halus tingkat menengah yang sering digunakan salah satunya kepada orang yang belum dikenal. Jika sudah saling sapa segera suasana kekeluargaan dan keakraban akan tercipta. Entah hanya basa-basi atau sungguhan, umumnya mereka akan mengajak mampir, singgah ke rumah mereka.

Karena situs liangan ini belum dibuka atau dijadikan sebagai obyek wisata, tidak ada tarikan tarif karcis masuk bagi pengunjung. Hanya sekitar belasan orang saja yang sedang berkunjung di situs tersebut. Itu saja sebagian karena kebetulan mereka waktu itu sedang melewati kawasan ini. Begitu pula area situs masih asli, belum ada proyek bangunan tertentu untuk menarik minat pengunjung. Di sekeliling area situs selain terdapar rerimbunan pohon bambu, merupakan lahan pertanian warga yang ditanami seperti tembakau, cabai dan lain sebagainya.    

Berdasarkan laporan dari Balai Arkeologi Yogyakarta yang terpampang di salah satu lokasi, Situs Liangan ditemukan pertama kali pada akhir tahun 2008 ketika penambang pasir menemukan struktur talud yang dibangun dari dari batu-batu persegi, komponen candi, artefak dan arca. Pada awal tahun 2009 balai arkeologi Yogyakarta melakukan peninjauan berdasarkan laporan tersebut. Beberapa data tambahan yang ditemukan pada kegiatan peninjauan tersebut adalah sebaran yoni dan batu candi di atas talud, fragmen kermik, serta talud boulder yang menempel di dinding talud kubus batu.

Pada pertengahan 2010 ditemukan bangunan candi oleh penambang di seberang kali liangan. Laporan tersebut ditindaklanjuti dengan penelitian yang menghasilkan gambaran bahwa situs liangan memiliki komponen permukiman lengkap, meliputi aspek hunian, peribadatan, serta pertanian. Data yang mengejutkan ialah ditemukannya arang sisa kayu yang merupakan bagian dari bangunan rumah. Dalam kesimpulannya, hasil penelitian tersebut menyatakansitus liangan sebagai situs permukiman masa mataram kuno dari abad 8-10 Masehi. Hal ini didukung oleh umur relatif gaya profil kaki bangunan candi, keramik cina, usia arang bambu (971 m), dan arang kayu (742 m). (M. Haromain/Fathoni)