Jember, NU Online
Salah satu pertanyaan yang selalu muncul di benak masyarakat ketika mendengar adanya kapal yang tenggelam dihantam ombak di Pelawangan, Pantai Pancer, Puger adalah mengapa nelayan masih saja berani melaut saat ombak mengganas.Â
Jawabannya karena nelayan butuh makan. Sehingga meskipun ada tanda bahaya agar nelayan tidak malaut untuk sementara, namun itu tak membuat mereka ciut nyalinya.Â
"Ya masalahnya sampai kapan mereka harus istirahat melaut. Sementara kebutuhan hidup mendesak setiap hari," ujar Sekretaris PAC Ansor Puger, Sunaryono kepada NU Online di Puger, Kamis (26/7).
Menurut Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, Moch Eksan, untuk menyelamatkan nelayan dari rutinitas kecelakaan laut, butuh penyelesaian konprehensif. Tidak hanya menghimbau agar nelayan tidak melaut ketika ada ombak besar.
"Dihimbau atau dilarang bagaimanapun kalau akar masalahnya tidak disentuh, tidak bakal mempan," jelasnya saat mengunjungi Posko Terpadu di Pantai Pancer, Puger belum lama ini.
Wakil Sekretaris PCNU Jember itu menambahkan, akar masalah dari nekatnya nelayan untuk melaut dalam kondisi apapun adalah kurangnya pemerataan ekonomi.
Sudah begitu, kebiasaan nelayan untuk meminjam modal kepada "pengambek" cukup membudaya. Pengambek adalah orang yang memberikan pinjaman uang kepada nelayan dengan kesepakatan tertentu yang cenderung memberatkan nelayan.
"Jadi ini ada problem budaya, problem kesadaran juga dan sebagainya. Kalau soal tehnis saya kira tidak ada masalah," lanjutnya.
Oleh karena itu, Eksan mengaku akan membawa persoalan tersebut ke DPRD Jawa Timur untuk dicarikan solusi terbaiknya. "Akan kami panggil Dinas Sosial, BPBD (Badan Penagulangan Bencana Daerah) dan pihak-pihak terkait untuk membicarakan itu," urai Eksan (Aryudi Abdul Razaq/Muiz)