Daerah

MWCNU Kalitidu Siapkan Program Hadapi Bojonegoro Jadi Kota Migas

NU Online  ·  Ahad, 20 Maret 2016 | 20:01 WIB

Bojonegoro, NU Onlline
Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro masa khidmah 2014-2019 mengadakan Musyawarah Kerja (Muker). Kegiatan tersebut diawali dengan seminar bertema 'Menuju Bojonegoro sebagai Kota Migas dan AFTA (Asean Free Trade Area)' di halaman MTs-MA Islahiyah Kalitidu, Ahad (20/3).

Hadir sebagai narasumber, Kepala Badan Diklat Provinsi Jawa Timur Akmal Boedianto dan Koordinator Magister Sains Hukum dan Pembangunan Program Pasca Sarjana Unair Surabaya Prof Suparto Wijaya. Serta Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro, Hanafi.

Ketua MWCNU Kalitidu Abdul Rohim mengungkapkan, MWCNU sengaja mendatangkan ketiga narasumber tersebut karena kompeten untuk memberi wawasan kepada masyarakat, khususnya warga NU Kalitidu dalam mengembangkan sumber daya manusia. "Mengingat Kalitidu adalah tempat pertukaran budaya karena banyaknya orang asing yang masuk ke Kalitidu," jelasnya.

Para narasumber itu, kata dia, mampu memberikan pencerahan kepada warga NU Kalitidu saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bojonegoro 2018 nanti. "Harapannya saat suksesi kepemimpinan di Bojonegoro tahun 2018 nanti warga NU Kalitidu bisa menjadi pemilih cerdas," harapnya.

Sedangkan Sekretaris PCNU Bojonegoro Suparno mengataka, terkait Pilkada Bojonegoro nanti, apa pun yang terjadi NU harus bersatu. Serta menyiapkan NU dan kader-kadernya untuk menghadapi Kota Bojonegoro menjadi Kota Migas.

Saat seminar, Akmal Boedianto menuturkan, Bojonegoro sebagai kabupaten berkembang dengan potensi sumber daya alam (SDA) yang besar harus bisa dikelola sebaik mungkin. Serta memanfaatkan sebesar-besarnya demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Bojonegoro.

Untuk itu NU harus meneguhkan sikap serta memperkuat mental spiritual dan mental ideologis dalam masyarakat. "NU diharapkan mampu menjadi pelopor dan garda terdepan dalam mempersiapkan masyarakat Indonesia menjalani MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)," ungkap pria yang biasa dikenal dengan inisial AB itu.

Narasumber berikutnya, Hanafi mengklaim bahwa Bojonegoro telah banyak mendapatkan manfaat dari produksi migas yang ada di Bojonegoro. Dana bagi hasil misalnya, dari produksi migas sudah banyak dipergunakan untuk pembangunan dan pengembangan di dunia pendidikan.

"Kita harus memahami bahwa sumber energi migas itu terbatas, untuk itu kita harus mendukung program yang menggagas adanya dana abadi, yang nanti bisa dipergunakan untuk pembangunan di Bojonegoro jika energi minyak tidak lagi bisa diharapkan," terang mantan Kepala Bakesbangpol dan Linmas Bojonegoro itu.

Di akhir seminar, Profesor Suparto mengingatkan, Kecamatan Kalitidu ini tempat produksi migas. Tanahnya cenderung panas, maka perlu diademkan. "Perlu adanya kerja sama dengan pihak Perhutani untuk menghijaukan tanah di daerah migas. Agar Bojonegoro menjadi adem," pesan profesor yang aktif mendampingi para petani di Bojonegoro ini.[M. Yazid/Abdullah Alawi]