Daerah

Muslim Berkualitas, Ucapannya Senantiasa Berbobot

NU Online  ·  Ahad, 17 Juli 2016 | 11:19 WIB

Surabaya, NU Online
Banyak ikhtiar yang dapat dilakukan agar menjadi muslim terbaik, yakni kala berkata memiliki nilai lebih. Tidak semata berkata tanpa makna, tapi untaian kalimat yang keluar memiliki makna sekaligus menandakan yang bersangkutan memiliki kapasitas.

"Untuk dapat mencapai derajat dan posisi seperti itu sebenarnya telah diatur dalam Al-Qur'an," kata KH Farmadi Hasyim, Sabtu (15/7). Secara khusus, Kiai Farmadi menyebutkan surat Muzammil di ayat awal yang menyebutkan hendaknya menyempatkan walau sebentar untuk shalat malam.

"Godaan untuk bisa bangun malam memang berat, karenanya disebutkan dengan wahai orang yang berselimut," kata Kepala Seksi Haji dan Umrah Kemneterian Agama Kota Surabaya ini. Betapa menyingkap selimut adalah perjuangan yang demikian berat, apalagi dilanjut dengan menjalankan shalat tahajjud, lanjutnya.

Nasihat kedua dari ayat tersebut tepatnya di ayat keempat adalah membaca Al-Qur'an secara tartil. "Yang dianjurkan adalah membaca dengan perlahan atau tartil agar kita mampu menangkap isi dan kandungan yang ada," terang Wakil Ketua Pengurus Wilayah Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Jawa Timur ini.

Apa jaminan yang ditawarkan Allah SWT kepada hamba yang berkenan menyisihkan sebagian malam untuk bertahajjud sekaligus bermunajat dan mengisinya juga dengan membaca Al-Quran secara tartil? "Pada ayat kelima disebutkan yakni perkataan yang kita sampaikan seantiasa memiliki bobot," katanya.

Sosok muslim terbaik adalah mereka yang ketika berkata memiliki bobot, dan jauh dari sekadar berkata tanpa makna. "Lantaran bimbingan tahajud dan tartilnya saat membaca Al-Qur'an, yang bersangkutan akan selalu selektif dalam bertutur kata," jelasnya. Tak akan berkata kalau dirasa tidak penting, justru lebh baik diam.

Karena itu, tempaan selama Ramadhan diharapkan mampu untuk melahirkan sosok muslim berkualitas tersebut. Yakni mereka yang selalu menyempatkan qiyamullail walau sebentar dan membaca sekaligus memahami Al-Qur'an. "Semoga Ramadhan mampu melahirkan sebanyak mungkin muslim seperti ini," pungkasnya.

Penjelasan ini disampaikan Kiai Farmadi yang menjadi pemberi mauidhah pada kegiatan halal bihalal yang diselenggarakan keluarga besar SMK PGRI 4 Kalijudan Surabaya. Ratusan guru dan wali murid serta karyawan sekolah hadir di aula sekolah setempat. Kegiatan dipungkasi denan saling memaafkan dari seluruh hadirin. (Ibnu Nawawi/Abdullah Alawi)