Daerah

Mimpi Kiai As'ad dan Kiai Hasan Genggong, KH Ihyauddin Mantap Berjam’iyah

Ahad, 8 Maret 2020 | 12:00 WIB

Mimpi Kiai As'ad dan Kiai Hasan Genggong, KH Ihyauddin Mantap Berjam’iyah

Rais Syuriyah MWCNU Kadur, KH Ihyauddin Yasin (pegang mik) saat memberikan pembekalan dalam Musker II MWCNU Kadur. (Foto: NU Online/Hairul Anam)

Pamekasan, NU Online

Almarhum KHR As'ad Syamsul Arifin dan KH Hasan Genggong berkait-erat dengan pendirian NU Kadur, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Sebab, pelopor berdirinya NU Kadur didatangi keduanya dalam mimpi.

 

"Kami makin mantap berkhidmah di organisasi yang didirikan oleh auliya ini. Di awal-awal pembentukan NU Kadur, saya diajak oleh KH Lutfi Thaha (Pengasuh Pesantren Sumber Gayam Kadur), malam harinya saya didatangi Kiai As'ad dan Kiai Hasan dalam mimpi," ungkap Rais Syuriyah MWCNU Kadur, KH Ihyauddin Yasin saat memberi pembekalan Musyawarah Kerja (Musker) II MWCNU Kadur di Lembaga Pendidikan Islam Al Anshoriyah, Pamoroh, Kadur, Ahad (9/3).

 

Dalam mimpi, tambahnya, Kiai Ihyauddin melihat Kiai Hasan Genggong melangkahkan kaki. Sesaat kemudian Kiai As'ad meminta Kiai Ihyauddin untuk menyalami Kiai Hasan Genggong.

 

"Saat saya cium tangannya, Kiai Hasan Genggong berbisik agar saya aktif mengurus NU. Saya tidak kenal beliau. Tapi setelah saya telusuri, ternyata Kiai Genggong ini waliyullah yang kerap bermimpi didatangi Rasulullah," ujar Kiai Ihyauddin yang disimak secara khidmah oleh hadirin.

 

Mimpi itulah yang menguatkan keyakinan Kiai Ihyauddin betapa NU betul-betul diperhatikan oleh waliyullah. Karena itu, tidak mengherankan hingga kini NU tetap eksis dan istikamah dalam menjalankan program kerjanya.

 

Membentengi sekaligus mengembangkan agama dan negara tanpa merusak salah satunya, tambah Kiai Ihyauddin, adalah salah satu ciri khas NU. Melayani negara tanpa mengorbankan agama menjadi spirit utamanya.

 

"Ini yang kurang dimiliki organisasi lain. Ada organisasi yang menggebu-gebu ingin memperbaiki negara, tapi mengorbankan negara. Begitu sebaliknya. NU tidak begitu, sehingga banyak yang berkepentingan dengan khilafah kerap memfitnah NU. Begitu pula kelompok lain yang sealiran dengan spirit khilafah, selalu hasut terhadap NU," tegas Kiai Ihyauddin.

 

Diterangkan, nyaris tidak ada organisasi yang seberani NU mengadakan kegiatan meskipun tidak ada uang. Uang bukanlah segalanya dalam menjalankan roda organisasi.

 

"Di samping itu, penguatan NU sebagai jam'iyah wasathiyah membuat orang-orang yang hasut ke NU selalu ada. Nahdliyin tidak perlu membalas dengan kata-kata maupun sikap hasut, tapi lawan dengan kegiatan-kegiatan positif pemberdayaan umat," paparnya.

 

Kiai Ihyauddin mengutip data yang disampaikan Kiai Yahya Cholil Tsaquf terkait besarnya gelontoran dana yang diserap kelompok yang berseberangan dengan NU.

 

"Sebagai pengurus MWCNU dan Pengurus Ranting yang menjadi ujung tombak program kerja, tetaplah ikhlas dan semangat berjuang di NU. Keistikamahan NU hingga sekarang menjadi bukti keberkahan menjaga NKRI dan merawat agama," tukasnya.

 

Kontributor: Hairul Anam

Editor: Aryudi AR