Daerah

Metode Al-Ghooyah Permudah Belajar Ilmu Nahwu-Sharaf

NU Online  ·  Selasa, 5 November 2013 | 06:01 WIB

Probolinggo, NU Online
Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) Kabupaten Probolinggo Abdur Rohman Nabrowi mengungkapkan bahwa bahwa berbicara mengenai agama Islam harus konkret dan tidak boleh dilakukan setengah-setengah. Sebab tidak akan benar pemahaman seseorang terhadap agama jika tidak paham dengan kitab kuning nahwu dan sharaf.
<>
”Kunci pertama untuk bisa membaca, menerjemah dan memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah dengan memahami nahwu-sharaf terlebih dahulu,” ungkapnya kepada NU Online, Senin (4/11).

Menurut Rohman, awalnya seseorang akan merasa kesulitan untuk belajar nahwu-sharaf. Tetapi jika menggunakan metode yang tepat, maka kesulitan tersebut akan dapat diatasi dengan baik.

”Seseorang jangan pernah bilang paham terhadap agama Islam jika dirinya tidak paham terhadap nahwu-sharaf. Pemahaman terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah berawal dari pemahaman nahwu-sharaf,” jelasnya.

Untuk itulah, Rohman mencoba menciptakan sebuah metode tercepat untuk membaca, menterjemah dan memahami kitab kuning pada 40 jam. Dimana, orang yang sama sekali tidak bisa nahwu-sharaf akan mudah memahaminya dengan menggunakan metode Al-Ghooyah (puncak) dengan 40 jam sudah bisa.

”Dalam waktu 40 jam Insya Allah sudah bisa menguasai nahwu-sharaf yang dibagi dalam dua waktu. Untuk 20 jam pertama, peserta sudah bisa menterjemah. Sementara 20 jam berikutnya sudah bisa membaca tanpa harokat dengan sistem pembelajaran pendekatan istiqro’i yang artinya bedah kasus melahirkan teori. Uniknya, teori ini adalah tanpa hafalan,” terangnya.

Dikatakan Rohman, metode ini dibuat dengan tujuan untuk memudahkan orang dalam membaca tulisan tanpa harokat. Selain itu untuk memahami konsep-konsep agama dengan benar yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan memahami nahwu-sharaf mutlak. ”Kalau mereka tidak paham terhadap kaidah membaca, menterjemah dan memahami Al-Kitab (Al-Qur’an, red) maka sesat menyesatkan,” tegasnya.

Dikatakan Rohman, metode ini diharapkan mampu membangun masyarakat muslim dan muslimin paripurna yang bisa membumikan pemahaman Al-Kitab dan As-Sunnah dengan baik, benar dan cepat.

”Targetnya, seluruh masyarakat muslim dan muslimin dari anak-anak, dewasa sampai orang tua mampu membaca, menterjemah dan memahami nahwu-sharaf dengan baik,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Mahbib)