Mesjid Agung Nurul Ikhlas Cilegon jadi Pusat Dakwah Lintas Zaman
NU Online · Selasa, 23 Agustus 2011 | 00:16 WIB
Cilegon, NU Online
Mesjid Agung Nurul Ikhlas Cilegon termasuk mesjid termegah di seantero Kota Baja. Arsitektur Timur Tengah yang dilengkapi dengan empat menara yang menjulang tinggi di jantung Kota Cilegon, membuat masjid yang terletak di jalan protokol Sultan Ageng Tirtayasa itu menjadi ikon religiusitas Kota yang dikenal sebagai kota industri itu.
Dari pintu gerbang mesjid, kita bisa langsung melihat pintu utama masuk ke dalam mesjid. Dari bagian luar mesjid, terdapat tangga dan jembatan menuju akses ke lantai satu mesjid ini. Pintu utama mesjid ini terdiri dari empat buah pintu besar yang langsung terhubung ke ruang sholat utama.
<>
Mesjid ini memiliki satu buah kubah berwarna hijau yang diapit oleh keempat menaranya. Kubah mesjid hijau ini mengingatkan pada kubah pertama mesjid Nabawi. Sementara itu, Di halaman mesjid ini terdapat area parkir. Namun karena luasnya terbatas, areal ini tidak dapat menampung banyak kendaraan.
Mesjid yang berdiri di areal seluas 3600 meter persegi itu memiliki tiga lantai, yaitu lantai basement, lantai dasar dan lantai satu. Di lantai basement, terdapat fasilitas wudhu dan toilet. Sementara, lantai dasar digunakan sebagai ruang sholat utama dan lantai satu digunakan untuk ruang sholat wanita atau ruang tambahan ketika sholat Jumat dan salat ied pada saat Idul Fitri dilaksanakan.
Tampilan Interior, kita bisa mendapati ruangan yang bernuansakan putih. Ruangan yang luas tanpa tiang yang menyangganya kecuali di bagian serambi dan selasar. Semua lantai mesjid ini terbuat dari marmer. Sementara itu, lengkungan dindingnya berwarna dominan putih hitam dan abu-abu menghiasi hampir di setiap sisi dan sudutnya.
Pada bagian mihrab, disana terdapat semacam ornamen yang berbentuk lengkungan seperti kubah mesjid. Dua buah tiang putih berdiri di sana. Sementara sebuah mimbar kayu, berada diujung salah satu sisinya.
Nuansa putih hitam juga dijumpai di ruang selasar. Lengkungan-lengkungan berwarna putih hitam dan abu-abu tetap mendominasi ruangan tersebut. Di tengah ruang sholat utama, jika kita melihat ke atas, di sana terdapat bagian dalam dari kubah mesjid. Nuansa putihpun mendominasi di sana mengelilingi ornamen berbentuk lingkaran yang berada tepat ditengahnya. Kaca-kaca patri juga tampak menemani di setiap sisinya.
Kemegahan dan statusnya sebagai ikon Kota Cilegon yang religius, juga menyimpan banyak riwayat tentang dakwah Islam di kota itu. Mesjid megah yang terletak didepan rumah dinas Walikota Cilegon itu, merupakan rumah ibadah yang dibangun pada masa penjajahan. Saat itu Cilegon yang berada dibawah Keresidenan Banten, ulama dan masyarakat setempat menjadikan mesjid itu sebagai pusat dakwah yang berkembang pesat.
Menjelang Kemerdekaan Indonesia, mesjid itu direnovasi untuk yang pertama kalinya. Kemudian antara 1960 dan 1990-an, mesjid itu mengalami dua kali renovasi.
Kemudian sekitar Februari 2006, Pemkot Cilegon merehab total pembangunan mesjid itu. Renovasi itu diprakarsai Mantan Walikota Cilegon Tb Aat Syafa’at.
“Pembangunan Mesjid ini, dibangun pada saat pak Aat Menjadi Walikota,” ujar Ketua Bidang Sarana dan Prasarana pada Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM) Nurul Ikhlas Cilegon, Bayu Panatagama kepada NU Online, Ahad (21/8).
Dengan renovasi yang memakan waktu hingga tiga tahun dan menelan biaya hingga Rp26 miliar, Mesjid Agung Nurul Ikhlas pun menjelma menjadi kebanggaan masyarakat Cilegon yang memang dikenal sebagai menjunjung tinggi nilai-nilai religius. Kini, mesjid tersebut mampu menampung hingga 2.000 jamaah.
“Rehab total itu, dikarenakan model mesjid terdahulu sudah tidak sesuai lagi dengan perubahan zaman sekarang. Lagi pula peradaban Cilegon sudah semakin berkembang, sehingga tidak mungkin lagi menampung jamaah yang begitu banyak. Akhirnya direhab total,” ujarnya.
Pada tahun 2008 Nurul Ikhlas diresmikan Menteri Agama Republik Indonesia (RI) Maftuh Basuni dan Walikota Cilegon Tb. Aat Syafa’at untuk digunakan masyarakat Cilegon. “Tidak akan lama lagi, Islamic Center akan dibangun,” ungkap Bayu.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Candra Zaini
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua