Menjadi Pendidik Ideal Ala Muassis Nahdlatul Ulama
NU Online · Ahad, 24 Maret 2019 | 09:30 WIB
Dalam rangka memperingati Harlah Ke-96 NU dan Harlah Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Ke-67, Pengurus Wilayah (PW) Pergunu Jawa Timur mengadakan Halaqah Aswaja dengan tema Seni Mendidik Ala Muassis NU (Bedah Kitab Adabul Alim Wal Mutaallim).
Menurut Sekretaris Umum PW Pergunu Jawa Timur Ahmad Faqih, tujuan kegiatan tersebut adalah untuk menguatkan pemahaman dan amaliah Aswaja ala NU di kalangan guru NU Jawa Timur. Selain itu juga untuk menguatkan kompetensi guru NU, khususnya terkait seni mendidik ala muassis NU.
“Kita berharap guru di kalangan NU bisa meneladani dan menyemaikan role model pendidikan serta pengajaran ala muassis NU yaitu KH Hasyim Asy’ari,” katanya, Sabtu (23/3).
Dikatakannya, untuk menghasilkan acara yang berkualitas, panitia mengundang langsung KH Sholahudin Wahid (Gus Sholah), cucu KH Hasyim Asy’ari sebagai keynote speaker. Diundang juga Direktur Pusat Kajian Pemikiran KH Hasyim Asy'ari Mifrohim, Peneliti Pemikiran KH Hasyim Asy'ari H. Muhibbuddin Zuhri, dan akademisi Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng KH A Mustain Syafii.
“Pesertanya sekitar 400 orang dan ditambahi delegasi Pergunu kabupaten dan kota se-Jawa Timur. Sebelum memulai acara, peserta kita ajak ziarah ke makam KH Hasyim Asy’ari dan tahlil bersama,” tambahnya.
Dalam pemaparannya, Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Sholahudin Wahid mengatakan, pendidikan Indonesia saat ini jauh tertinggal dibanding negara-negara maju.
“Dibandingkan negara maju, banyak hal yang perlu kita perbaiki dalam masalah pendidikan di Indonesia. Mulai kebijakan, kesejahteraan guru dan skill guru masih rendah,” ungkap adik kandung Gus Dur ini.
Gus Sholah menegaskan bahwa salah satu kata kunci untuk mengejar ketertinggalan pendidikan Indonesia ini adalah dengan peningkatan kompetensi guru agar mampu menyajikan pendidikan yang berkualitas kepada para murid.
“Kunci utama pendidikan berada pada pendidik. Makanya pendidik atau guru harus berkualitas,” ujar Gus Sholah.
Selaras dengan Gus Sholah, KH A Musytain Syafii menilai bahwa sebenarnya guru Nahdlatul Ulama sudah punya pegangan khusus dalam mendidik. Yaitu sebuah kitab yang berjudul Adabul Alim wal Mutaallim karya pendiri NU KH Hasyim Asy'ari.
“Dalam kitab Adabul Alim wal Mutaallim karangan KH Hasyim Asyari, menegaskan bahwa dalam mendidik harus mengedepankan adab dibanding ilmu, mengedepankan keimanan dari pada syariah,” bebernya.
Ditambahkannya, hal lain yang perlu diperhatikan oleh seorang guru adalah menganggap peserta didiknya sebagai anak kandung sendiri. Sehingga hubungan yang dibangun adalah antara anak dan orang tua sehingga pendidik akan berusaha sekuat tenaga mendidiknya.
Dalam bahasa lain, guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada murid. Tapi juga memperhatikan adab murid dan terus membimbing murid tanpa rasa bosan. Karena mengajarkan adab butuh waktu yang lama.
“Guru itu tidak hanya menyampaikan informasi tapi lebih dari itu sebagai orang tua. Kita juga ingin anak kita dididik oleh guru yang baik. Begitu juga orang tua murid,” tandasnya. (Syarif Abdurrahman/Muhammad Faizin)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua