Jember, NU Online
Banser adalah sebuah panggilan jiwa. Ketika NU dan bangsa terancam, maka otomatis para anggota Banser merasa terpanggil untuk turun ke medan laga guna menyingkirkan ancaman itu.
Demikian diungkapkan Wakil Sekretaris PCNU Jember, Moch Eksan saat menjadi pemateri dalam Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar ) Banser PAC GP Ansor Gumukmas dan Puger di aula Pondok Pesantren Darul Muhibbin, Dusun Krajan II, Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Jember, Jawa Timur, Jum'at (27/4) malam.
Menurut Eksan, keterpanggilan jiwa para kader Ansor dalam melindungi NU dan NKRI dari berbagai ancaman, tak bisa dibantah karena sejarah sudah merilis fakta tersebut sekian puluh tahun yang lalu saat bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekannanya.
Para pejuang NU, termasuk Banser, tak sedikit yang mati syahid demi tegaknya sebuah negara yang berdaulat.
“Mati dalam membela kebenaran, mati di jalan Allah, itu sudah biasa, bahkan terkadaang itu menjadi tujuan bagi orang-orang yang ingin segera bertemu Sang Khaliq,” ujarnya.
Pentolan IPNU Jember mengaku bangga dan hormat terhadap jiwa-jiwa yang pasrah untuk menyerahkan nyawa dan raganya demi sebuah perjuangan.
Namun tanpa mengurangi rasa hormat itu, Eksan menilai sesungguhnya ‘proses’ tersebut tak terlalu sulit meski nyawa taruhannya. Justru hidup di jalan Allah itulah yang sangat berat tantangannya. Hidup di jalan Allah sungguh membutuhkan perjuangan yang tidak ringan.
Menegakkan kebenaran, mengentas kemiskinan, istiqamah dalam beribadah dan sebagainya memerlukan perjuangan, energi dan kemantapan hati untuk melaksanakannya.
“Kalau mati di jalan Allah, itu hanya sekali dan selesai. Tapi kalau hidup di jalan Allah, sungguh berat. Lebih-lebih di zaman seperti sekarang ini,” jelasnya.
Anggota DPRD Jawa Timur itu berharap agar para anggota Banser tak pernah lelah untuk berjihad, hidup sesuai dengan rel yang telah Allah gariskan.
“Membumikan Aswaja, menjaga ulama dan menegakkan kebenaran itulah makna jihad hari ini,” katanya (Aryudi Abdul Razaq/Muiz).