Daerah

Mengarusutamakan Moderasi Beragama saat Bonus Demografi Tiba

Ahad, 24 November 2019 | 04:30 WIB

Mengarusutamakan Moderasi Beragama saat Bonus Demografi Tiba

Wasril Purnawan Kabag TU Kanwil Kemenag Lampung (berpeci hitam batik coklat hitam) bersama pengurus MUI Lampung dan pemateri lain di Akademi Dai Wasathiyah. (Foto: NU Online/Muhammad Faizin)

Pesawaran, NU Online
Ada tiga pilar moderasi beragama yang harus ditegakkan seluruh elemen bangsa dalam rangka mewujudkan kehidupan beragama yang sesuai dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan sunah. Moderasi beragama tersebut adalah  moderasi dalam pemikiran, gerakan, dan perbuatan.
 
Moderasi pemikiran adalah langkah yang dilakukan dengan memadukan teks dan konteks. Moderasi gerakan yakni melakukan kebaikan dengan cara yang baik.
 
Moderasi perbuatan yakni penguatan relasi antara praktik agama dan tradisi dan kebudayaan masyarakat setempat. Agama tidak dihadapkan secara diametral dengan budaya, tapi saling terbuka membangun dialog untuk kebudayaan baru
 
Hal ini dijelaskan H Wasril Purnawan, Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Provinsi Lampung saat memaparkan materi di depan peserta 'Akademi Dai Wasathiyah' yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung. Kegiatan dipusatkan di Markas Komando Brigif Marinir 4 di Kabupaten Pesawaran, Lampung, Sabtu (23/11).
 
"Moderat dalam beragama bukan berarti mengkompromikan prinsip, prinsip dasar atau ritual pokok agama demi untuk menyenangkan orang Iain yang berbeda paham keagamaannya atau berbeda agama," tegasnya.
 
Moderat dalam beragama lanjutnya justru percaya diri dengan esensi ajaran agama yang dipeluknya yang mengajarkan prinsip adil dan berimbang, tetapi berbagi kebenaran sejauh menyangkut tafsir agama.
 
Moderasi beragama itu sangat penting dan harus diarusutamakan karena untuk menjaga martabat manusia dan melihat fakta kompleksitas kehidupan manusia dalam beragama sekaligus sebagai strategi budaya untuk merawat keindonesiaan.
 
Terkait keberlangsungan moderasi beragama ini, ia mengingatkan bahwa bonus demografi yang akan diperoleh bangsa Indonesia harus mampu dimaksimalkan dan menjadi peluang untuk lebih suksesnya misi mensyiarkan Islam wasathiyah.
 
"Bonus demografi di mana usia produktif yakni umur 14-64 tahun bisa menyumbang banyak hal tapi ketika salah kelola akan menjadi bumerang dan menyumbang persoalan. Dan sumbangan positif bisa masuk dari penanaman dan maksimalisasi moderasi beragama," katanya.
 
Apalagi melihat fakta saat ini bahwa umur-umur produktif lebih mencari sisi praktis dengan belajar agama cukup melalui media sosial. Sehingga ia mengingatkan jangan sampai panggung media sosial dikuasai oleh paham-paham yang bermasalah. Islam moderat harus tampil menguasai narasi di dunia maya.
 
"Langkah tepat sekali saat ini sudah banyak kajian-kajian dari para kiai di pesantren baik video maupun melalui website yang mewarnai media sosial," tandasnya.
 
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Ibnu Nawawi