Mengapa Istilah Islam Transnasional Perlu Dikemukakan?
NU Online Ā· Senin, 10 Februari 2014 | 15:01 WIB
Jombang, NU Online
Era reformasi ditandai dengan berkembannya banyak organisasi baru yang merupakan sayap dari gerakan-gerakan ideologis dari luar negeri. Organisasi-organisasi itu terindikasi mengidap penyakit anti nasionalisme dan anti Pancasila.<>
āKarena itulah istilah Islam transnasional perlu dikemukakan,ā kata Ketua Aswaja NU Center PCNU Jombang, Ustadz Yusuf Suharto, dalam seminar regional dengan tema āPengaruh Islam Transnasional Terhadap Santriā, Jumat (7/2) lalu, di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Ikatan Keluarga Pondok Pesantren Darul Ulum (Ikappdar)Ā Komisariat Madura.
āSeiring era reformasi, kran kebebasan dibuka. Bertebaran ide dan gerakan baik yang berbau Islam keras, sekuler dan liberal. Gerakan Islam transnasionalĀ yang mewujud dalam beberapa kelompok, dan tentu saja tidak dalam satu ajeksi, terindikasi mengidap antara lain penyakit anti nasionalisme, anti demokrasi, anti pancasila danĀ bahkan anti taradisi masyarakat nusantara yang telah berlangsung berabad-abad,ā tutur alumnus dan pengajar di Pesantren Mambaāul MaāarifĀ Denanyar itu.
Majelis Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum KH. Zaimuddin Wijaya Asāad mengatakan, perlu adanya antisipasi terhadap serangan kelompok organisasi Islam yang tidak seseuai dengan nilai-nilai Islam yang telah diperjuangkan ulamaā-ulamaā terdahulu, di mana para ulamaā terdahulu sangat menghargai budaya dan kearifan lokal Indonesia.
āDi Indonesia saat iniĀ orang Islam terbagi dua. Pertama, orang Indonesia yang beragama Islam.Ā Kedua, orang Islam yang berada di Indonesia. Nah, yang biasanya membahayakan ini, orang Islam yang berada di Indonesia, karena mereka merasa jadi orang luar Indonesia tentu Islamnya kaku atau terlalu longgar sehingga menabrak prinsip-prinsip Islam serta budaya Indonesia dan pada akhirnya sering terjadi gesekan dengan Islam pribumi,ā lanjutnya.
Dalam kegiatan yang diikuti sekitar lima ratus santriwan-santriwati itu, Ketua Muntada Ahlussunnah Wal Jamaāah dan Pengurus LDNU Kediri Ustadz Dafid Fuadi memaparkan, para santri perlu mewaspadai kelompok-kelompok Islam ekstrem kanan seperti HTI dan Syiah danĀ Islam ekstrem kiri, seperti MTA, dan JIL.
Seminar berlangsung meriah dengan banyak umpan balik dari para santri. Seminar yang ditempatkan di Aula Akper Unipdu Pondok Pesantren Darul Ulum yang dihadiri oleh perwakilan mahasiswa perguruan tinggi se-Jombang ini diprakarsai Arif Hakiki.
Pemandu acara, Moh. Cholil Madury di akhir seminar berharap santri Madura bisa memperjuangkan NU dan Ahlussunnah wal Jamaah serta menjadi santri yang tawadhuā, hidup sederhana, menghindari hedonisme serta tunduk kepada kiai sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Syaekhona Cholil ulamaā kharismatik kebanggaan masyarakat Madura. (Red: Anam)
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua