Daerah

Meneladani Walisongo, Kuatkan Komitmen Kebangsaan

Ahad, 16 Februari 2020 | 11:00 WIB

Meneladani Walisongo, Kuatkan Komitmen Kebangsaan

Pengajian Ahad Ikatan Remaja Masjid (Irma) Kota Bandung diwarnai shalawat, Ahad (16/2). (Foto: Rifa Anggyana)

Bandung, NU Online
Walisongo adalah kumpulan para wali yang menandakan jumlahnya yang sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo atau sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.
 
Hal tersebut disampaikan Wakil Sekretaris Pergunu Kota Bandung yang juga Penasihat Ikatan Remaja Masjid (Irma) Kota Bandung Ustadz Muhammad Irfansyah Maulana pada pengajian rutin Pengurus Ikatan Remaja Masjid (IRMA) di Masjid PWNU Jabar, Ahad (16/2).
 
"Walisongo merupakan pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan yang dibuktikan dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam yang menyebar banyak di tanah Jawa," bebernya.
 
Lebih lanjut ia menjelaskan para wali memengaruhi berbagai tatanan sosial. Karena itu, rakyat kecil, pedagang, saudagar, pejabat pemerintah, hingga keluarga kerajaan dapat dengan mudah menerima ajaran Islam yang diajarkan oleh para wali dengan hikmah dan mauidzah hasanah.
 
"Bahwa ajaran-ajaran yang ditinggalkan oleh Walisongo juga menunjukkan cara hidup secara damai dan toleran. Bahkan dengan umat agama lain, Islam yang ditinggalkan Walisongo dicatat sangat menghargai perbedaan agama," kata Ustadz Muhammad Irfansyah.
 
Hal ini dipengaruhi masih adanya kekerabatan antara Sriwijaya dan Majapahit dengan Demak. Sultan Demak adalah anak kandung Raja Majapahit dan Sunan Ampel adalah keponakan Ratu Majapahit. "Maka sikap para Walisongo yang sangat toleran soal perbedaan agama sudah ditunjukkan sejak abad XV," jelasnya.
 
Selain itu, ia juga mengatakan pada intinya, ajaran yang diwariskan oleh Walisongo sangat tepat untuk dijadikan inspirasi dalam memperkuat nilai kebangsaan yang berdasarkan Pancasila. Walisongo mengajarkan cara ber-Islam dengan visi perdamaian, bukan Islam yang bermusuhan.
 
"Walisongo melatih hidup berterus terang, bukan hidup berperang. Untuk meneladani perjuangan Walisongo, maka sudah saatnya generasi penerus bangsa ini kembali merawat nilai-nilai kebangsaan sebagaimana yang diwariskan oleh nenek moyangnya," pungkasnya.
 
Kontributor: Rifa Anggiyana
Editor: Kendi Setiawan