Daerah

Menahan Lapar dan Haus Tak Sesusah Menahan Nafsu

NU Online  ·  Jumat, 10 Mei 2019 | 01:30 WIB

Jember, NU Online
Tujuan puncak dari ibadah puasa adalah untuk membentuk pribadi yang taqwa. Tanpa adanya peningkatan ketaqwaan usai lebaran, berarti puasa gagal menggapai tujuannya. Demikian disampaikan Ketua PCNU Jember, Jawa Timur KH Abdullah Syamsul Arifin menjadi nara sumber dalam acara DIAGRA (dialog agama via udara) di masjid Jamik Al-Baitul Amin, Jember, Jawa Timur, Kamis (9/5).

Menurutnya, puasa yang dilaksanakan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh akan membentuk karakter yang kokloh dalam diri seseorang. Wujud dari karakter itu adalah adanya kedisiplinan, kejujuran, kedermawanan, santun, penuh kasih dan sebagainya, yang ujung-ujungnya adalah penebalan ketaqwaan kepada Allah SWT.

“Kalau ada orang berpuasa Ramadhan, tapi dia semakin jauh dari kejujuran, kedermawanan, kesantunan dan sebagainya, maka puasanya perlu dievaluasi,” terangnya.

Gus Aab lalu menyinggung sebuah Hadits Nabi Muhammad yang menegaskan betapa banyak orang yang berpuasa tapi yang didapat hanya lapar dan dahaga. Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa  menahan lapar dan dahaga tidak begitu  susah. Yang amat susah justru mengendalikan hawa nafsu semisal menggunjing orang, memaki-maki dan sebagainya.

“Itu yang celaka. Pahala tidak dapat meski lapar dan dahaga bisa dijaga,” lanjutnya.

Gus Aab menambahkan, lapar dan dahaga yang dirasakan oleh orang yang berpuasa bukanlah tujuan dari puasa itu sendiri. Namun itu sebagai bentuk pelatihan empiris untuk membangun pribadi yang peka terhadap persoalan sosial dan penderitaan sesamanya. (Aryudi AR).