Mbah Sya’roni Bahas Surat Al Hadid
NU Online · Senin, 22 Juli 2013 | 11:23 WIB
Kudus, NU Online
Pengajian Tafsir Al-Qur’an bersama Mustasyar PBNU KH Sya’roni Ahmadi memasuki hari kesepuluh sejak 3 Ramadhan lalu di Masjid Al-Aqsha Menara Kudus. Pada Ahad (21/7), pengajian sudah sampai pada surat Al-Hadid juz 27.
<>
Dalam keterangan Surat Al-Hadid ayat 1-4, Mbah Sya’roni menjelaskan keagungan sifat Allah. Diterangkan semua makhluk di bumi dan langit yang sebelumnya tidak paham kekuasaan-Nya pada mensucikan (bertasbih) bahwa Allah Maha Suci. Allah menciptakan semua makhluk secara adil dan bijaksana.
Mbah Sya’roni menerangkan Allah memikirkan makhluknya. Setiap makhluk termasuk orang kafir ketika ditanya siapa pencipta alam tidak ada yang berani mengaku dirinya melainkan Allah sang pencipta. Begitu pula, Allah mempunyai sifat wujud namun tidak ada awalnya dan akhirnya.
“Termasuk pula dzat-Nya tidak bisa dilihat dengan mata kepala, namun Allah bisa melihat semua tingkah polah manusia,” tuturnya.
Dijelaskan, Allah itu maha tahu. Artinya semua perkara seperti perilaku, sikap dan ucapan di luar maupun dalam hati (batin) makhluk, Allah akan mengetahui-Nya. Oleh karenanya, Mbah Sya’roni’ mengajak jamaah bila membatin (krentek—Jawa) dalam hati supaya dengan hal-hal yang baik.
“Gunakan sisa umur dengan kebaikan. Termasuk jangan ngrentek yang jelek-jelek karena Allah pasti mengerti. Makanya, bila sudah terlanjur, hapus dengan istighfar,” imbuhnya.
Mbah Sya’roni melanjutkan Al-Qur’an menceritakan Allah menciptakan langit-bumi enam hari. Dalam sebuah hadits, Allah mulai membuat bumi-langit pada hari Ahad-Jum’at. Namun, terdapat ayat yang memberikan penjelasan yang berbeda-beda.
“Ada yang menyebut menciptakan langit dua hari dan bumi dua hari. Akhirnya dikompromikan antara keterangan Al-Qur’an dan hadits berlangsung enam hari,” terang ulama kharismatik asli Kudus ini.
Diakhir penjelasannya, Mbah Sya’roni menerangkan Allah menyertai siapapun dan dimanapun berada. Makanya, jangan berbuat kesalahan atau ngrentek kejelekan di manapun tempatnya sebab Allah selalu mengerti.
“Sebetulnya, orang yang berbuat selingkuh atau korupsi itu mengerti perbuatannya itu diharamkan tetapi masih melakukannya karena tidak memiliki keyakinan atas ayat ma hua ma’akum aina kuntum,” pungkasnya.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Qomarul Adib
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua