Daerah

Masjid Al Ikhlas Pajarakan Terinspirasi Masjid Agung Jember

NU Online  ·  Kamis, 2 Juli 2015 | 01:02 WIB

Probolinggo, NU Online
Masjid Al Ikhlas yang berada di Desa Sukokerto, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo memiliki cerita tersendiri di balik desainnya yang unik. Berdiri sejak tahun 1979 atau 36 tahun lalu. Bentuk kubahnya yang tidak lazim menyerupai mangkuk yang terbalik, sehingga terlihat unik dan berbeda dengan pola bangunan masjid lainnya.
<>
Salah seorang pengurus Takmir Masjid Al Ikhlas Bambang Sugito mengatakan awal berdirinya Masjid Al Ikhlas ini merupakan inisiatif dari Kepala Instalasi Pabrik Gula (PG) Pajarakan Almarhum Ustadz Joko Suwandono. Dia prihatin karena melihat karyawan dan warga sekitar pabrik gula tersebut tak terfasilitasi untuk melakukan ibadah berjamaah karena minimnya tempat ibadah pada tahun itu.

Sebelumnya para warga dan karyawan hanya memiliki satu tempat ibadah yang berada di depan kantor Polsek Pajarakan. Tempat beribadah berupa musholla itu pun selalu penuh sesak dengan para jamaah. Melihat hal tersebut Alm Joko Suwandono berinisiatif untuk mendirikan sebuah masjid di Pajarakan.

Lalu dibeli sebidang tanah tepat dipinggir Jalan Raya Pajarakan sebagai tempat untuk mendirikan masjid. Untuk arsitekturnya sendiri Alm Joko Suwandono terinspirasi dari Masjid Agung Al Baitul Amien di Alun-alun Jember yang bentuknya tak lazim dan menarik. Maka dibuatlah struktur masjid menyerupai dengan masjid agung di Jember tersebut.

Dalam proses pengerjaannya banyak melibatkan tenaga dari para pegawai pabrik gula yang secara sukarela turut membantu proses berdirinya masjid tersebut. Selain itu, juga melibatkan tenaga tukang yang berpengalaman agar bangunan tersebut kokoh dan kuat.

Tepat pada 18 Agustus 1979 bangunan masjid telah rampung dan secara simbolis diresmikan oleh Bupati Probolinggo saat itu HR Sudirman. Peresmian ditandai dengan prasasti yang berada di pojok masjid yang ditanda tangani langsung oleh bupati.

“Letak prasasti tersebut telah dipindah ke pojok masjid. Sebelumnya ada tepat di samping masjid,” ujar Bambang, Selasa (30/6).

Lebih lanjut Bambang mengungkapkan selama 36 tahun masjid itu berdiri ada beberapa perubahan yang telah terjadi. Terutama bentuk menara masjid yang telah dirubah dari bentuk semula.

“Dulunya puncak menara masjid berbentuk tangan yang menengadah. Kemudian dirubah menjadi bentuk menara yang lazim seperti masjid pada umumnya,” jelasnya.

Perubahan itu sendiri berdasarkan saran dari instruksi dari pimpinan direksi pabrik gula yang menginginkan menara masjid dirubah. Bambang menyebut setelah perubahan itu nyaris tidak ada perubahan yang berarti terjadi pada Masjid Al Ikhlas yang merupakan masjid kebanggaan warga Pajarakan.

“Kalaupun ada perubahan hanya mungkin penambalan kubah masjid yang bocor dan pengecatan ulang,” terangnya.

Yang menarik lagi dari masjid ini yaitu di era 1980-an ternyata masjid ini telah masuk televisi. Lebih tepatnya dijadikan latar belakang kumandang adzan Maghrib yang disiarkan setiap hari di stasiun TVRI Surabaya. Karena itu maka tidak heran masjid ini terkadang menjadi perbincangan para pengunjung ataupun musafir ketika melintas Pajarakan.

Bambang meyakinkan tidak sedikit pula para jamaah yang datang beribadah ke masjid itu turut mengabadikan gambar masjid sebagai latar belakangnya. “Masjid ini menjadi salah satu t para penumpang bus pariwisata yang sedang melintas untuk berhenti dan menunaikan sholat,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Mahbib)