Daerah

Manusia Kerap Keliru Pahami Jenis Kemuliaan di Dunia

Ahad, 18 Agustus 2019 | 11:30 WIB

Manusia Kerap Keliru Pahami Jenis Kemuliaan di Dunia

KH Sujadi saat menyampaikan pengajian Tafsir pada Ngaji Ahad (Jihad) Pagi di Aula Gedung NU Pringsewu, Ahad (18/8).

Pringsewu, NU Online
Banyak manusia yang menilai materi dunia berupa harta dan tahta menjadi kunci kebahagian dan kemuliaan di dunia. Sehingga jika Allah SWT memberi harta melimpah, maka manusia beranggapan bahwa Allah SWT telah memuliakannya.
 
Sebaliknya, jika manusia berdoa meminta dan berusaha meraih harta, tahta, dan segala hal yang bersifat duniawi, kemudian Allah tidak mengabulkannya, maka mereka menganggap Allah SWT telah menghinakannya.
 
“Kemuliaan tidak diukur dari seberapa besar Allah memberi sesuatu bersifat duniawi. Kemuliaan bagi Allah bukan itu semua,” tegas Bupati Pringsewu KH Sujadi saat menyampaikan Tafsir Quran Surah Al-Fajr ayat 15 dan 16 pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di Aula Gedung NU Pringsewu, Ahad (18/8).
 
Pola pemahaman seperti inilah yang menurut Wakil Ketua PWNU Provinsi Lampung ini yang mempengaruhi kehidupan manusia sehingga banyak manusia yang mencintai dunia berlebihan sampai-sampai lupa dan meninggalkan Tuhannya.
 
Hal ini disindir oleh Allah dengan firman-Nya dalam surat tersebut yang artinya: “Maka adapun manusia apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan maka ia berkata Tuhanku telah memuliakanku. Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata Tuhan telah menghinaku.”
 
Lebih lanjut, Kiai Sujadi menerangkan bahwa sebenarnya manusia cenderung dengan hawa nafsunya mencintai dunia agar kembali ingat kepada Allah. Sebagaimana Surat al-Fajr tersebut diakhiri dengan kalimat: Yaa Ayyatuha an-Nafsu al-Muthmainnah. Irji'i ila Rabbiki Radiyatan Mardiyyah. Fadkhuli fi Ibadi wa Udkhuli Jannati.
 
“Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah kedalam surga-Ku,” jelasnya membacakan arti ayat tersebut.
 
Ayat ini mengingatkan bahwa segala sesuatu usaha yang dilakukan oleh manusia harus selalu berharap ridha Allah SWT. Sehingga manusia khususnya umat Islam akan menjadi hambanya dan kelak akan masuk surga Allah setelah kembali kepadanya dengan tenang. 
 
Kegiatan Jihad Pagi tersebut merupakan kajian rutin yang dilaksanakan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Pringsewu yang dimulai pukul 6 pagi. Setiap pekan, berbagai materi dibahas secara bergantian mulai dari tafsir, hadits, fikih, sampai dengan tasawuf. (Muhammad Faizin/Musthofa Asrori)